Galery MTQ
Belajar dari Penampilan MTQ
Ini hanyalah sebuah goresan yang aku tulis selagi ada di atas bus Arimbi. Dari Tol Bitung menuju Anyer dan transit di PCI. Sebuah perjalanan panjang yang aku lakukan selama menjalani perlombaan MTQ.
Puji syukur aku panjatkan ke hadirat Ilahi. Yang memberiku keselamatan dari awal pemberangkatan (15/02) hingga detik ini.
Bagiku panggung MTQ menjadi ajang hiburan sekaligus penampilan yang menegangkan. Hiburan karena aku melalui perjalanan yang amat panjang, melewati jalan jalan baru yang menghibur pandangan. Menegangkan karena tuntutan tampil maksimal dari panitia pengundang.
Usaha maksimal kadang belum menjadi jaminan kelancaran. Doa doa yang kupanjatkan kadang tak mampu meredam hati yang deg degan. Ada faktor x yang disebut keberuntungan. Beruntung dapat soal yang mudah. Beruntung kala juri penilai lengah. Beruntung karena mood tampil yang lagi wah...
Waduh tepat pukul 18.00 ban bus arimbi yang aku tampangi harus diganti. Oke, langsung saja ke masalah inti.
Belajar dari Penampilan Panggung MTQ
Kenapa penampilanku mulus di panggung pertama MTQ kota Tangerang?
Setidaknya ada dua faktor
Faktor soal yang nggak begitu susah
Perpindahan lokasi penampilan Tafsir Indonesia dari Masjid Al Washilah ke Masjid Airnav yang membuat jumlah penonton (mustamiin) tak begitu membludak. Setidaknya rasa pede ku jadi semakin tergugah.
Lalu...
Kenapa saat tampil di kabupaten, sedikit acak acakan?
Jumlah mustamiinnya jauh lebih banyak.
Materi bahsa arabku dan wawasan keislamanku
yang amat minim.
Apa perbedaan nafqah, shadaqah dan zakat?
Dasar apa yang Anda pakai dalam menjawab soal si atas?
Apa jamak dari "mawaathina"?
Di mana letak bukit Hunain?
Hmmm,, soal2 yang membuat diiku gerogi. Dan mendapat sekak mat dari dewan juri.
Ahhh...
Aku tak boleh menyerah.
Kesempatan itu maaih terbentang luas bak pematang sawah.
Besok penampilan panggung di Serang menanti
Semoga aku sanggup belajar dari semua kesalahan ini.
Belajar dari Penampilan MTQ
Ini hanyalah sebuah goresan yang aku tulis selagi ada di atas bus Arimbi. Dari Tol Bitung menuju Anyer dan transit di PCI. Sebuah perjalanan panjang yang aku lakukan selama menjalani perlombaan MTQ.
Puji syukur aku panjatkan ke hadirat Ilahi. Yang memberiku keselamatan dari awal pemberangkatan (15/02) hingga detik ini.
Bagiku panggung MTQ menjadi ajang hiburan sekaligus penampilan yang menegangkan. Hiburan karena aku melalui perjalanan yang amat panjang, melewati jalan jalan baru yang menghibur pandangan. Menegangkan karena tuntutan tampil maksimal dari panitia pengundang.
Usaha maksimal kadang belum menjadi jaminan kelancaran. Doa doa yang kupanjatkan kadang tak mampu meredam hati yang deg degan. Ada faktor x yang disebut keberuntungan. Beruntung dapat soal yang mudah. Beruntung kala juri penilai lengah. Beruntung karena mood tampil yang lagi wah...
Waduh tepat pukul 18.00 ban bus arimbi yang aku tampangi harus diganti. Oke, langsung saja ke masalah inti.
Kenapa penampilanku mulus di panggung pertama MTQ kota Tangerang?
Setidaknya ada dua faktor
Faktor soal yang nggak begitu susah
Perpindahan lokasi penampilan Tafsir Indonesia dari Masjid Al Washilah ke Masjid Airnav yang membuat jumlah penonton (mustamiin) tak begitu membludak. Setidaknya rasa pede ku jadi semakin tergugah.
Lalu...
Kenapa saat tampil di kabupaten, sedikit acak acakan?
Jumlah mustamiinnya jauh lebih banyak.
Materi bahsa arabku dan wawasan keislamanku
yang amat minim.
Apa perbedaan nafqah, shadaqah dan zakat?
Dasar apa yang Anda pakai dalam menjawab soal si atas?
Apa jamak dari "mawaathina"?
Di mana letak bukit Hunain?
Hmmm,, soal2 yang membuat diiku gerogi. Dan mendapat sekak mat dari dewan juri.
Ahhh...
Aku tak boleh menyerah.
Kesempatan itu maaih terbentang luas bak pematang sawah.
Besok penampilan panggung di Serang menanti
Semoga aku sanggup belajar dari semua kesalahan ini.
Bus Arimbi, 19 Feb 2016
Tiada ulasan:
Catat Ulasan