BEKAL HIDUP BUKAN SEMBARANG BEKAL
“وأفضل
العلم علم الحال، وأفضل العمل حفظ الحال”
(afdhalul ilmi
ilmul haali, waafdhalulu amali hifzhul haali)
Pernah mendengar
kalimat di atas?
Kalimat yang bila
diperhatikan mengandung kata kunci “ilmu dan amal”. Kalimat yang bila
diartikan kurang lebih akan bermakna, “ilmu yang paling utama adalah ilmu
tingkah laku. Dan amalan yang paling utama adalah menjaga tingkah laku itu.”
Pembekalan dengan TPQ Sasa Sukabumi |
Luar biasanya
kalimat di atas aku dapati dari sebuah kitab yang tentu sangat familiar di
kalangan pondok pesantren dengan basic salaf alias masih mempelajari
makna-makna kitab kuning yang biasa disebut kitab gundul. Nama kitabnya adalah “Ta’lim
Muta’allim”
Karena pembahasannya
tentang kewajiban menuntut ilmu. Sebagaimana yang tercatat dalam sebuah
hadits dari Rasulullah SAW.
“Menuntut
ilmu wajib bagi muslim laki-laki dan muslim perempuan” (HR. Ibnu Majah)
Maka timbul satu pertanyaan, ilmu yang bagaimana yang wajib dicari?
Dalam karyanya tersebut
Imam Az Zarnuuji (penyusun Ta’lim Mutaallim) menjelaskan bahwa bukan sembarang
ilmu tetapi terbatas pada ilmu agama, dan
ilmu yang menerangkan cara bertingkah laku atau bermuamalah dengan
sesama manusia.
Semisal shalat,
maka wajib bagi setiap muslim mengetahui ilmu yang ada sangkut paut dengan
shalat, bisa rukun, syarat, sunnah, yang membatalkan dsb.
Demikian juga
zakat, puasa dan haji.
Setelah bekal
agama cukup maka cukupi pula bekal ilmu yang ada hubungannya dengan manusia
(muamalah). Karena setiap sesuatu ada batasnya, dan batas itu diatur dalam agama.
Tentang keutamaan dan kewajiban.
Keutamaan itu diibaratkan dengan sebuah kemasan, dan Kewajiban adalah isi dari
kemasan tersebut.
Imam Al Ghazali mengatakan : ” Jika engkau
dengan ilmu yang engkau dapatkan tidak mau mengamalkan, untuk apa engkau
bersusah payah mencari ilmu yang tidak engkau ketahui”
Sebuah nasehat indah dari Imam Al Ghazali,
bahwa dibalik ilmu yang kita dapatkan tersimpan kewajiban bagi kita untuk
mengamalkannya. Untuk apa kita mempunyai atau membeli kemasan yang bagus, tapi
kita tidak pernah membuka dan mempergunakan isinya.
Contoh kecilnya
begini, membaca Al Quran adalah keutamaan, mengamalkan isinya menjadi sebuah
kewajiban. Ziarah kubur, menjenguk orang sakit itu keutamaan, sementara
mempersiapkan diri dengan mengingat kematian, mengambil hikmah dari orang sakit
itu merupakan kewajiban.
Intinya apapun
yang kamu lakukan semua membutuhkan bekal. Bekal itu ada di dalam ilmu agama.
Uang yang banyak
tanpa disertai ilmu agama bisa kau salah gunakan.
Setinggi apapaun Jabatan
tanpa ilmu agama bisa jadi senjata makan tuan.
Kecerdasan tanpa ilmu agama
menyebabkan dirimu merasa jadi Tuhan.
Hal Min Maziid?
Adakah tambahan?
Nganjuk, 19 Maret 2016
0 ulasan:
Catat Ulasan