Aku dan Siklus Kehidupan
Percaya atau tidak, sadar atau hidup ini
terkadang berputar pada satu titik yang kita pernah merasakannya. Ibarat air
hujan yang tersedot oleh terik matahari, lalu angin membawanya ke suatu tempat
dan menurunkannya menurut selera yang dia kehendaki. Saat air telah turun,
kembali ia berada di suatu tempat untuk disedot kembali oleh terik matahari.
Aku dan Siklus Kehidupan |
Saat kita kembali ke titik tersebut, banyak pelajaran
yang bisa kita petik. Banyak kenangan yang bisa ambil hikmahnya. Seperti juga
keadaanku saat ini.
Niat hati Move On dari kehidupan di
Surabaya, dari segala aktifitas dan kehidupan di sana. Dari segala kesenangan
dan kekecewaan di dalamnya. Dari rangkaian cerita cinta dan duka. Namun lagi-lagi,
suatu panggilan seakan tak bisa aku untuk menolaknya.
Aku ingat saat pertama ke Surabaya, adalah
untuk bersilaturohim dengan keluarga nun jauh di sana, sekaligus untuk melihat
calon pengantinku-katanya.
Untuk selanjutnya berbagai kegiatan aku
lakukan. Dari sekedar bermain, memenuhi undangan sampai mengakrabi seseorang
alias someone. Saat hati ini telah bulat mengarahkan daya dan upaya demi
mendapatkan kelayakan penghasilan, hasilnya sungguh di luar apa yang aku
inginkan. Dan hal itu diperparah dengan keretakan hubungan aku dan dia.
“Mungkin bukan jodoh ya bekerja di sana,”
laporku padanya.
“Hehe, iya Mas. Mungkin tak cuma dengan
pekerjaan di sini, tapi juga dengan orang yang di sini,” katanya bercanda.
Hari ini karena ada acara Festival Qurani Uinsa, aku pun ke sana. Ini adalah kali pertama au menginjakkan kaki di
universitas yang digadang-gadang paling terenal di seantero Jawa Timur Raya.
Dan langkah kakiku mengantarkan juga pada
rumah “calon mertua” yang aku sendiri belum tahu kepastiannya. Seperti kali
pertama aku berada di sana. Bercengkrama dengan gadisku yang kecantikannya bisa
membuatku berbangga.
Hanya kini aku tak sendiri, bersamaku ada
Saiful kawanku dari pesantren Sukabumi. juga tiga muridku Ekik, Ahmad dan Zami.
Hanya bertemu dengan kedua orangtuanya.
Entah nanti, akanah aku bisa kembali.
Aku berharap, siklus itu tak hanya berputar
kembali. Dari air ke air, dari hujan menjadi hujan. Namun semoga berkembang
menjadi sebuah kehidupan baru. Dari air yang memberi kehidupan pada tanaman. Dimanfaatkan
oleh manusia sebagai bentuk simbiosis mutualisme yang menguntungkan.
Seperti juga diriku yang datang hanya untuk
mengenal, berkembang menjadi kawan, dan berakhir dengan saling sayang dalam
bingkai yang disahkan.
Surabaya, 02
Mei 2016
Tiada ulasan:
Catat Ulasan