Anyway LGBT No Way!! (bag.1)
Aku dan Gay yang Menyebalkan
LGBT?? What is it?? Opo se iku?
Aku sebenarnya tipe orang yang kurang begitu
peduli dengan lingkungan. Tempat tinggalku saat ini bukanlah berada di sebuah
perkotaan yang selalu update akan informasi, bukan pula di perkantoran
atau instansi yang meyediakan paket wi-Fi. Saat ini aku berada di kampung
halaman dengan jaringan internet yang pas-pasan. Meski demikian bukan berarti
aku menjadi makhluk yang ketinggalan jaman. Bukan!
sejelek2nya hewan mereka masih normal kan? #no LGBT |
Lagian masih ada TV, handphone ku pun
nggak jelek-jelek amat.
LGBT, sebuah istilah yang baru menurutku.
Rasa kepo ku yang membuatku bertanya-tanya hingga aku temukan
jawabannya, Lesbi, Gay, Biseksual dan Transgender. Yang pasti apapun
istilahnya pokoknya mereka adalah kaum penyuka sesama jenis.
Bukannya wajar, punya rasa suka?
Iya
sih, cuman kalau rasa sukanya itu berlebihan hingga sampai pada batas yang
dilarang, itu namanya sudah kurang ajar. Apalagi sampai minta dilegalkan
keberadaan mereka. Waaa,, waaa..
Tak dilegalkan aja bikin resah apalagi sampai
dilegaalkan. Naudzubillah!
Bukan hanya omong kosong, karena aku pernah
merasakannya.
Saat itu aku masuk ke dalam bus umum jurusan
Bandung Sukabumi, sambil berjalan aku mencoba mencari tempat duduk yang kosong
hingga ada seorang lelaki dengan ramahnya mempersilakan. Lelaki berkulit putih,
ganteng dan lembut ini begitu akrab. Sepintas sekilas dia agak (maaf) bencong
atau banci atau... hmm, pokoknya lelaki tapi karakternya mirip banged dengan
wanita.
Perkenalanpun dimulai, dari sekedar kegiatan sehari-hari
hingga hal-hal yang lagi hangat jadi topik pembicaraan kala itu. Tak lupa kami
bertukar no hp jika suatu waktu nanti saling ketemu. Obrolan akhirnya berhenti,
mungkin karena aku merasa sudah kehabisan tema pembicaraan atau mungkin sudah
lelah. Sementara jarak perjalanan Bandung Sukabumi menghabiskan waktu sekitar 3
sampai 4 jam.
Saat aku mulai terlelap tidur, sesuatu yang
tak mengenakkan terjadi, awalnya aku pikir hanya mimpi tapi nyatanya tidak. Ada
yang (maaf) menggerayangi pahaku. Saat aku tepis tangan itu kembali
menggangguku. Akupun terbangun dan kulihat lelaki itu, pelakunya.
Kulihat sekeliling, para penumpang tampak
asyik menikmati perjalanan, ada yang tidur, ada yang mendengarkan musik melalui
earphone, ada yang ngobrol dan banyak lagi. Tak ada kursi kosong. Aku berharap kondektur lewat, biar bisa kulaporkan. Sayangnya
itu sedikit mustahil. Harapanku tinggal
satu, berharap lelaki yang memuakkan di sebelahku ini segera turun.
Saat dia mencoba melakukan hal yang sama
terhadapku, aku hanya bisa menepisnya. Aku yang saat itu merasa lebih kecil
darinya hanya bisa menepis dan menepis.
Aku patut bersyukur saat perjalanan sampai di
Cianjur dia turun lebih dahulu.
Keherananku belum berakhir karena beberapa
hari kemudian dia mengirim sms ke handphone ku, menelponku hingga
berulang kali. Maunya apa sih dia? Heran deh
Jika sekedar sms atau telpon sih, wajar. Namun
ini layaknya anak muda yang dimabuk cinta, kata-kata mesra, ajakan untuk
ketemuan, bercinta dan entah banyak lagi. Dia bilang sedang bekerja di toko
komputer terkenal di daerah Bandung.
Kok ada ya orang macam dia.
Andai dia cewek. Mungkin sedikit wajar. Ahh, aku tepis
khayalanku.
Karena tak tahan dan mengganggu aktifitas
mengajarku, aku pun men delete nomernya dan tak pernah aku respon. Saat aku
mencoba berbagi cerita dengan kawan-kawan di pesantren ternyata aku menemukan
fakta yang mengejutkan dan cerita yang tak kalah menariknya dan tentunya tak kalah
menyebalkannya...
(bersambung)
Nganjuk, 13
Feb 2016
Tiada ulasan:
Catat Ulasan