Dengan Alasan Apa Aku beralasan?
Bicara soal alasan
tentu semua orang akan faham, apa sih alasan itu. Dan bisa dipastikan hampir rata-rata
orang pernah mempunyai alasan.
Ketika anak
SD ditanya, “kenapa kamu telat?”
“Hmmm..
pakaian saya masih basah Pak. Baru disetrika.”
Ketika
seorang pegawai ditegur atasannya, “kenapa tidak masuk kemarin?”
“Anu Pak,
istri saya sakit.”
Ada juga cerita dari teman, peserta lomba MTQ Kab. Sukabumi bertanya kepada pengurus perlombaan, menjelang dihelatnya Perlombaan Tingkat Propinsi, “mengapa belum ada TC di sini?”
“karena dana
dari Pemda belum turun, jadi belum bisa dilaksanakan.”
Dan banyak
lagi.
Intinya alasan
dibuat untuk memberi penjelasan apa sebab dari suatu kejadian.
Demikian juga
dengan keadaan diriku beberapa hari ini.
Sebagai
warga One Day One Post (ODOP) yang taat, sudah menjadi
keharusan bagi aku untuk memposting tulisan apapun di website yang aku kelola. Apalagi
jika hal itu berkaitan dengan tugas yang diberikan oleh Bapak Presiden, Bang Syaiha.
Namun sayangnya,
hal itu tak bisa aku lakukan. Alasannya?
Kalau diminta
beralasan tentu seribu satu alasan bisa aku kemukakan (nggak nyampek sih, hehehe)
Dari mondar
mandir mengikuti proses Trainning Centre
atau yang biasa diistilahkan dengan TC MTQ Kota Sukabumi. Lalu konsentrasi mengikuti pelatihan
selama tiga hari (1-3 Maret). Fokus pada materi pembinaan. Laptop nggak dibawa dan banyak lagi.
Tapi apalah
arti dari alasan-alasan itu jika hanya untuk ngeles?
Dengan alasan
apa pula aku mengemukakan alasan itu?
Ah, mending
aku mendengarkan dua kata ajaib dari bang Isa
Alamsyah aja.
No Excuse
Beres, semua
alasan akan kelar. Dan aku tidak akan mengemukakan alasan lagi untuk beralasan.
Terutama dalam
memposting tulisan, One Day One Post. Apalagi sampai berhutang. ^_^
Bukankah amalan
yang disukai Allah itu amalan yang sedikit tapi terus menerus?
Sesuai
dengan hadits Nabi, “Lakukanlah amal
sesuai kesanggupan. Karena sesungguhnya Allah tidak akan bosan sehingga kamu
menjadi bosan. Dan sesungguhnya amal yang paling diusukai Allah adalah amal
yang istiqamah (terus menerus) walau sedikit.
(HR. Abu Daud)
Okelah,
sekarang tak ada alasan lagi bagiku untuk beralasan kecuali jika hal itu untuk
kebaikan.
Kenapa kamu
tidak ikut mencontek?
Kenapa kamu
sayang istrimu yang pemarah itu?
Kenapa kamu
masih juga menyempatkan tilawah di tengah kesibukan ini?
Tentu akan
ada alasan jika untuk kebaikan, seperti juga akan ada alasan untuk
mempertahankan keburukan.
Pilih mana
sekarang??
Cisaat, 4 Maret 2016
Tiada ulasan:
Catat Ulasan