Khamis, 31 Mac 2016

Rahib Yahudi, Utusan Quraisy dan Turunnya Surat Al Kahfi

Rahib Yahudi, Utusan Quraisy dan Turunnya Surat Al Kahfi

Sahabat. Pernahkah kalian membaca atau mendengar sebuah hadits yang menerangkan tentang keutamaan membaca Surat Al Kahfi di hari Kamis hingga Jumat?

Surat Al Kahfi
Surat Al Kahfi cukup familiar di kalangan umat Islam. Apalagi ketika hari Jumat menjelang datang. Hal ini tidak terlepas dari banyaknya hadits yang menerangkan tentang keutamaan yang akan diperoleh bagi umat Islam yang mau membacanya.

Seperti sebuah hadits yang diriwayatkan  Abi Bakr bin Mardawih berikut ini.
"Siapa yang membaca Al Kahfi pada hari Jumat, maka akan memancar cahaya dari bawah kakinya sampai langit. Akan meneranginya sampai hari kiamat. Dan diampuni dosanya di antara dua Jumat."
Ada juga kabar keutamaan yang tak kalah menariknya. Nabi Saw bersabda:
"Siapa yang membaca Al Kahfi pada hari Jumat, maka akan dipancarkan cahaya untuknya di antara dua Jumat." (HR. Hakim dan Al Baihaqi)

Terlepas dari keutamaan dan kandungan hikmah yang ada dalam surat Al Kahfi, terselip kisah yang sangat menarik yang perlu pembaca ketahui. Kisah ini menceritakan bagaimana upaya kaum Yahudi memadamkan cahaya islam yang selama ini mereka musuhi.
Kaum Yahudi seakan tidak pernah lelah untuk menghancurkan umat Islam. Berbagai upaya dan tipu muslihat mereka lakukan. Sampai-sampai mereka rela mengorbankan harta dan nyawa hingga umat Islam mengikuti apa yang mereka inginkan.

Kelakuan mereka ini Allah abadikan dalam salah satu firman-Nya:
Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah Itulah petunjuk (yang benar)". dan Sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, Maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu (Qs. Al Baqarah : 120)

Satu upaya nyata yang mereka lakukan adalah memerongrong kaum Quraisy untuk tidak mempercayai ajaran yang disampaikan oleh Nabi Muhammad Saw kala beliau masih berdakwah di Kota Mekah.
Diceritakan melalui Ibnu Ishaq berkata, “Rahib-rahib Yahudi berkata kepada kedua utusan Quraisy yang datang ke Madinah, ‘Tanyakan tiga hal kepada sahabatmu. Jika ia mampu menjawab ketiga hal tersebut, ia seorang Nabi yang diutus. Jika ia tidak bisa menjawabnya, maka ia berkata bohong dan kalian bebas mengeluarkan pendapat kalian tentang dia.”
1. Tanyakan kepadanya perihal pemuda-pemuda yang meninggal pada periode pertama dan bagaimana informasi tentang mereka? Karena mereka mempunyai informasi yang menarik.
2. Kemudian tanyakan kepadanya perihal seorang pengembara yang menjelajahi timur dan barat; bagaimana kisahnya?
3. Kemudian tanyakan kepadanya perihal roh; apakah roh itu?
Jika sahabatmu bisa menjawab ketiga pertanyaan tersebut, ia seorang Nabi dan kalian harus mengikutinya. Jika ia tidak bisa menjawabnya, berarti ia berkata bohong dan silahkan kerjakan apa yang kalian inginkan terhadap dia’.”

Kisah yang disampaikan oleh Ibnu Ishak di atas cukup memberikan kepada kita perbedaan kualitas kelas yang dimiliki kaum yahudi dan orang-orang Quraisy saat itu. Jika orang-orang Quraisy terkenal dengan sifat “ummi” (tak pandai baca tulis), maka kaum Yahudi bisa dikatakan sebagai kaum yang ”melek” ajaran-ajaran Samawi, karena mereka mewarisi ajaran-ajaran suci Kitab Taurat yang mereka selewengkan.
Namun, meski mereka mengetahui kebenaran. Untuk mengikutinya mereka tetap enggan.
Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Berimanlah kepada Al Quran yang diturunkan Allah," mereka berkata: "Kami hanya beriman kepada apa yang diturunkan kepada kami". dan mereka kafir kepada Al Quran yang diturunkan sesudahnya, sedang Al Quran itu adalah (Kitab) yang hak; yang membenarkan apa yang ada pada mereka.
(Qs. Al Baqarah : 91)

Upaya busuk kaum Yahudi ini “sedikit” berhasil kala Nabi Muhammad Saw menjanjikan akan menjawab semua pertanyaan itu besoknya. Sementara wahyu yang ditunggu tidak kunjung tiba.
Mereka berkata, “Muhammad menjanjikan memberi jawaban atas pertanyaan kita besok pagi, dari waktu sudah berjalan lima belas malam, namun ia tidak memberi jawaban atas pertanyaan kita.’
Rasulullah Saw sedih sekali, karena wahyu terputus dari beliau. Beliau terpukul dengan komentar orang-orang Quraisy terhadap dirinya.

Kemudian Malaikat Jibril datang kepada beliau dari Allah Azza wa Jalla dengan membawa surat Al-Kahfi. Dalam surat tersebut Allah menjelaskan kepada beliau informasi seputar pertanyaan mereka; perihal pemuda-pemuda yang mereka maksud, sang pengembara, dan permasalahan roh.

Sahabat. Marilah kita berhati-hati terhadap kaum Yahudi atau siapapun yang hendak menjatuhkan Islam. Dan jangan lupa untuk meraih keutamaan dari apa yang telah Nabi Muhammad Saw sabdakan dengan membaca Surat Al Khafi di hari yang telah ditentukan.



Tiada ulasan:

Catat Ulasan