BUKAN
SALAH PENGANTEN
Mau Bertanya
Nggak Sesat di Jalan #AskBNI.
Oleh : Achmad Marzuqi
Setelah diadakan pembicaraan kecil antara
para sopir, kendaraan-kendaraan pengiring penganten yang terdiri dari 3 buah
mobil dan satu elf inipun berangkat. Sementara mobil xenia dengan plat AG milik
mempelai pengenten berada paling depan memimpin. Tujuannya cukup jelas, kampung
Mojo Ploso Kediri. Empat hari lalu acara walimahan diadakan di rumah mempelai
putri, sekarang giliran sebaliknya.
Aku termasuk bagian dari rombongan
iring-iring penganten ini. Aku berangkat bersama saudara dan sanak famili
lainnya di dalam elf. Karena pengantennya adek perempuanku sendiri.
Macetnya jalanan di kota Kediri membuat mobil
yang aku tumpangi terpisah, jauh mendahului mobil utama. Padahal tidak ada dari
kami yang tahu pasti lokasi rumah mempelai pria, hanya berbekal nama desa yang
akan dituju, Mojo.
@BNI #AskBNI Adekku yang menikah, Muflihah |
Sepanjang perjalanan ternyata banyak juga
yang sedang mengadakan acara pernikahan. Aku hitung ada tiga sampai empat
tempat di mana janur kuning dikibarkan.
“Maklum sekarang kan bulannya orang menikah,
para jomblo mengakhiri derita lajangnya, mungkin orang-orang banyak yang
ngantri di KUA,” kataku pada keponakan. “Yang aku tahu, selain bulan Syawal,
bulan Maulid dan Rajab juga termasuk bulan pernikahan.”
“Adeknya udah nikah, kakak nya kapan
menyusul?” Sebuah pertanyaan yang kadang membuatku termotivasi, meski lebih
sering terasa menyakiti. Ah masa bodoh
Perjalanan terhenti saat beberapa orang
berteriak untuk turun. Alhamdulillah sudah sampai. Segera aku ke
belakang mengeluarkan parcel yang berisi makanan, buah, jenang dan yang
lainnya. “Silakan masuk.” Kata penerima tamu berpakaian kebaya ramah.
Tiba-tiba mobil penganten yang seharusnya
paling depan lewat dan berhenti di seberang jalan. “Hei hei, salah alamat.
Bukan di sini tempatnya. Balik balik!” Teriak sopir di seberang. Haduuh..
“Wah kacau ini. Pengantennya sih nggak ngasih
alamat yang jelas.” Kata seseorang dalam rombonganku. Beruntung kami belum
sempat masuk lokasi, baru mengeluarkan parcel saja. Aku baru sadar kalau dalam
satu desa ini ada dua keluarga yang mengadakan acara yang sama, dengan nama
ayah yang sama juga. “Ini bukan salah penganten Pak, salah kita sendiri. Tidak
bertanya lebih detail tadi.” kataku membela. Betapa malunya kami, segera kami minta maaf kepada
tuan rumah sebelum pamitan, dan mengekor mobil rombongan. Cukuplah ini menjadi
pelajaran untuk tidak segan bertanya, kalau tidak ingin salah untuk kedua
kalinya.
Nganjuk, 09 Januari
2016
Pengantenan yang brekesan nih ! Sukses juga lombanya !
BalasPadamLam Kenal dari guru yg suka Ngeblog !
http://iwansmtri.blogspot.co.id/2015/12/bni46-askbni-fitur-cerdas-bagi-orang.html
wah pengalamannnya, untung nggak ketuker pengantin hehe
BalasPadamkunjungi juga ya
Malu Bertanya Sesat di Jalan, Mau Bertanya Hanya di #AskBNI Yang Menjawab
http://feridi.blog.upi.edu/2015/12/29/malu-bertanya-sesat-di-jalan-mau-bertanya-hanya-di-askbni-yang-menjawab/
oke bang Iwan Sumantri
BalasPadamOke juga bang feridi. saya kunjungi juga ntar. silaturahmi nambah rejeki