Gara-gara Ketiduran
Oleh : Achmad Marzuqi
“Ini siapa ya?” Kataku
sambil mengernyitkan dahi di suatu sore, “MasyaAllah pak, masak lupa ama
suaraku”, Kata seorang wanita di seberang telepon. “Emm...bentar, ada perlu
apa?” kataku pura-pura sok tahu. Dari suaranya mulai aku bisa mengenali, dia
kawanku sewaktu mesantren di Sukabumi. “Bisa kan pak Juki?” katanya
merayu, “Kapan?” tanyaku, “Besok, Minggu Wage, inget ya, pagi sehabis subuh.”
Lanjutnya mengingatkan. “Oke, insyallah kalo aku gak sibuk.” Segera kawanku
menyela, “Alaah sok sibuk ni pak Juki, pokoknya datang aja ya, aku tunggu.”
Katanya sambil buru-buru mau menutup handphone.
Begitulah, aku
pun menyanggupi ajakannya setelah melihat kalau besok hari Minggu, kursusku
libur dan aku juga kebetulan merasa kesusahan dalam muroja’ah hafalan. Sebuah
ajakan yang mulia? Khataman Al Qur’an.
Sedikit agak
malas sih, saat esoknya hendak berangkat, tapi karena aku sudah berjanji, aku
pun berangkat pukul 07.00. aku berjalan setapak demi setapak menuju Tugu Garuda
untuk mencari Angkutan Umum menuju tempat yang sudah dikodekan oleh Laila,
kawanku. Cukup merogoh uang Rp. 10.000,- aku udah sampai di perempatan Muneng.
Sopirku namanya Sudar, dia cukup ramah, darinya aku tahu banyak hal tentang
Pare dan sedikit kebiasaan anak-anak yang kursus di Pare, dia juga memberiku
nomer kontak, jika seandainya aku butuh kendaraan.
jangan tidur di bus kalau sudah dekat, nanti kebabalasan lho.. |
Cukup lama juga
aku menunggu konfirmasi dari Laila,
yang katanya mau menjemputku. Mau naik
ojeg, tapi gak tau alamat yang dituju. Aku pun mencari tempat makan dan dapat
nasi soto daging seharga Rp. 7.000,- milik orang Jombang, “Lama juga nich
orang, gak tanggung jawab,” gerutuku saat beberapa kali SMS/telepon tapi gak
ada respon.
“Allah memberi
apa yang kita butuhkan, tidak memberi apa yang kita inginkan.” Mungkin itulah
istilah yang tepat buatku yang sedang menunggu, karena secara bersamaan Mas Amir
datang dari arah Nganjuk dan sedang berada di perempatan Muneng naik motor
sendirian. Alhamdulillah!! I can join with him. Gratiss...hehehe
“ALIA Baby Shoop”
adalah ancer-ancernya dan kutemukan juga di Desa Sukoanyar. Udah juz 7 ternyata
guys, dan belum banyak yang datang. Aku pun larut dalam rutinan khataman ini
hingga selesai, karena bersebelahan desa, aku menyempatkan diri untuk menengok
adekku yang mondok di rumah Bulek, di Desa Kraton, Moh. Hasim.
“Pulang atau ke
Pare?” suatu pilihan yang sulit saat aku berada di terminal Kediri, ke Pare
kendaraan udah gak ada kata tukang ojeg. Pulang sudah pasti banyak bis yang
lewat Bra’an. Setelah aku timbang-timbang, maka pulang jadi pilihan. Dan
“gubrak” aku hanya melongo kaget saat kondektur teriak “Perak...Perak...”. aku
ketiduran, jielaah... aku pun diturunkan di Bok (jembatan) miring Perak, 15km
lebih dari rumahku. Kukumpulkan ingatanku setelah terbungkus mimpi dan segera
kuraih HP, “Mbak, aku ketiduran, sekarang ada di tol baru Perak. Jemput ya...”
aduh, nggak mau ketiduran lagi deh,
Tiada ulasan:
Catat Ulasan