Isnin, 2 Mei 2016

Aku dan Siklus Kehidupan

Percaya atau tidak, sadar atau hidup ini terkadang berputar pada satu titik yang kita pernah merasakannya. Ibarat air hujan yang tersedot oleh terik matahari, lalu angin membawanya ke suatu tempat dan menurunkannya menurut selera yang dia kehendaki. Saat air telah turun, kembali ia berada di suatu tempat untuk disedot kembali oleh terik matahari.

Aku dan Siklus Kehidupan
Titik itu adalah air hujan itu sendiri.
Saat kita kembali ke titik tersebut, banyak pelajaran yang bisa kita petik. Banyak kenangan yang bisa ambil hikmahnya. Seperti juga keadaanku saat ini.

Niat hati Move On dari kehidupan di Surabaya, dari segala aktifitas dan kehidupan di sana. Dari segala kesenangan dan kekecewaan di dalamnya. Dari rangkaian cerita cinta dan duka. Namun lagi-lagi, suatu panggilan seakan tak bisa aku untuk menolaknya.

Aku ingat saat pertama ke Surabaya, adalah untuk bersilaturohim dengan keluarga nun jauh di sana, sekaligus untuk melihat calon pengantinku-katanya.
Untuk selanjutnya berbagai kegiatan aku lakukan. Dari sekedar bermain, memenuhi undangan sampai mengakrabi seseorang alias someone. Saat hati ini telah bulat mengarahkan daya dan upaya demi mendapatkan kelayakan penghasilan, hasilnya sungguh di luar apa yang aku inginkan. Dan hal itu diperparah dengan keretakan hubungan aku dan dia.
“Mungkin bukan jodoh ya bekerja di sana,” laporku padanya.
“Hehe, iya Mas. Mungkin tak cuma dengan pekerjaan di sini, tapi juga dengan orang yang di sini,” katanya bercanda.

 
di kampus UINSA Surabaya
Yaudah, lupakan. Lupakan. Lupakan.

Hari ini karena ada acara Festival Qurani Uinsa, aku pun ke sana. Ini adalah kali pertama au menginjakkan kaki di universitas yang digadang-gadang paling terenal di seantero Jawa Timur Raya.
Dan langkah kakiku mengantarkan juga pada rumah “calon mertua” yang aku sendiri belum tahu kepastiannya. Seperti kali pertama aku berada di sana. Bercengkrama dengan gadisku yang kecantikannya bisa membuatku berbangga.
Hanya kini aku tak sendiri, bersamaku ada Saiful kawanku dari pesantren Sukabumi. juga tiga muridku Ekik, Ahmad dan Zami.
Hanya bertemu dengan kedua orangtuanya.

Entah nanti, akanah aku bisa kembali.
Aku berharap, siklus itu tak hanya berputar kembali. Dari air ke air, dari hujan menjadi hujan. Namun semoga berkembang menjadi sebuah kehidupan baru. Dari air yang memberi kehidupan pada tanaman. Dimanfaatkan oleh manusia sebagai bentuk simbiosis mutualisme yang menguntungkan.
Seperti juga diriku yang datang hanya untuk mengenal, berkembang menjadi kawan, dan berakhir dengan saling sayang dalam bingkai yang disahkan.


Surabaya, 02 Mei 2016

0 ulasan:

Catat Ulasan

Popular Posts