Jumaat, 26 Februari 2016

Galery MTQ 5 –
Kami hanya Meminta Penafsiran yang Padat dan Jelas
By: Achmad Marzuqi

Lomba MTQ di Kabupaten Serang menyisakan kisah dan pengalaman tersendiri dan sulit untuk dilupakan. Kabupaten Serang menjadi tempat terakhir di Propinsi banten yang mengadakan MTQ. Lokasi MTQ ini menjadi lokasi paling jauh untuk dijangkau para peserta MTQ, Anyer. Dua naik angkot jika dari Terminal Merak dengan rata-rata waktu tempuh setiap angkot lebih dari setengah jam perjalanan.

Khamis, 25 Februari 2016

MENJEMPUT atau MENUNGGU?

Seperti biasanya pagi ini aku menjalani akttifitas di rumah. Subuh berjamaah, murojaah, bersih bersih rumah, menjemur pakaian yang dari kemarin masih basah dan mengantar keponakan pergi ke sekolah.
Sambil mencoba menggali inspirasi di pagi hari, aku menjalankan sepeda motor perlahan, menyeruak di antara kerumunan anak anak sekolahan.
Rumahku yang terletak di pinggir jalan seakan menjadi saksi di setiap pagi dan petang akan lalu lalang siswa yang coraknya amat beragam.
SD,SMP, SMA melebur menyatu di jalanan laksana hujan yang tak pernah datang sendirian. Bergerombolan.
Jika pagi mereka melintas menuju arah timur, sedang pulangnya ke arah sebaliknya di siang menjelang petang.
Hingga tiba di lokasi tak ada satupun inspirasi yang kupadat. Akupun pulang.
"Mas, tolong anterin ke pasar!"
Baru saja kaki ini hendak masuk ke dalam rumah, tetanggaku minta diantar ke pasar.
"Ya bu. Sebentar," kataku masuk rumah. Entah dinding apa yang menghalangi otakku pagi ini, sehingga sulit untuk mendapatkan inspirasi.
Ibu ibu yang berlalu lalang menjajakan barang dagangan, bapak bapak yang duduk santai menimbang, menunggu pembeli. Saat tiba tiba melintas seorang ibu dengan sepeda tuanya melintas di sebelahku. Seorang ibu yang tak asing di mataku, namun namanya aku kurang tahu.
"Eh ibu," kataku menyapa.
"Ya Mas,"
"Di sini ya belanjanya?" tanyaku. "Udah dari kapan bekerja sebagai pemasok sayuran di kampung?"
"Sudah lama Mas, udah belasan tahun," jawabnya seraya bercerita tentang usahanya hingga keluarganya.
Aku hanya mengenalnya sebatas penyalur sayuran dan bahan bahan persediaan makanan di kampungku. Melalui sepeda tuanya. Dia pun berpamitan pergi mengedarkan bahan bahan belanjaannya.
Belasan tahun menjajakan sayuran dan bahan bahan siap masak? Hmmm. Lama juga.
Tapi itulah fakta. Ibu yang membesarkan anak anaknya lewat berjualan.
Satu buah inspirasi aku dapat, meski rizki telah Allah sediakan kepada hamba hamba Nya، tetap saja rizki itu harus dijemput.
Seperti yang aku lihat di halaman rumahku semalam, saat sedang hujan. Rizki itu ibarat laron yang beterbangan. Hanya cicak yang mau berusaha, berlari dan mengejar laronlah yang berhasil mendapatkan laron. Sementara cicak yang hanya menunggu di sarang, menunggu sayap sayap laron terlepas dan mendekat hanya mendapat jatah yang mungkin lebih sedikit.
Manusia dengan keberagaman usahanya dalam menjemput rizki juga sama. Hanya mereka yang mau berusaha yang memperoleh hasil yang lebih baik.
Karya tulis pun juga demikian. Jika mau dikenal dan dikenang banyak orang perlu usaha.
Semoga kita tidak salah dalam melangkah.
Nganjuk, 25 Feb 2016

Rabu, 24 Februari 2016

SEMAAN AL QURAN MANTAB:
AL BAROKATU IS BERKATUN
By: Achmad Marzuqi


“Ayo ini makan berkat bareng-bareng!”
Sebuah ajakan yang sering terulang di saat salah satu dari keluargaku membawa bungkusan nasi dari sebuah acara. Bisa dari tahlilan, dzibaan manaqiban dan sejenisnya. Dan bungkusan nasi itu namanya berkat. Berkat tidak melulu nasi bungkus, bisa juga makanan ringan, bakery atau makanan lainnya selama makanan itu dibaagikan selepas acara.
Entah dari mana asalnya dan siapa yang mengusulkannya. Tradisi turun temurun mewariskan akan hal ini.
Yang pasti dan yang aku tahu saling memberi adalah bagian dari tolong menolong. Dan tolong menolong dalam kebaikan amat dianjurkan dalam ajaran Islam.
Itulah realita yang aku dapat dalam acara Semaan Al Quran Mantab hari ini.
“Berangkat kapan?” tanya kakakku selepas shalat Ashar berjamaah.
“Kapan saja, siap. Maghrib juga tidak masalah. Jadi datang pas mendekati penutupannya,” saranku berharap.
“Tapi bagaimana ya ntar di sana, pasti ramai,” ujar kakakku dengan nada khawatir.
Aku dan kakakku Mas Hadi ini memang mempunyai tipikal yang hampir sama, kuper, menutup diri dan mempunyai rasa sungkan dengan level tinggi.
“Ah, santai saja. Pokoknya jika ada kerumunan manusia di sana kita ikut,” kataku pura pura optimis.
Dan benar saja.
Belum lagi duduk bergabung dengan jamaah yang sedang khusyuk menyimak lantunan ayat ayat suci Al Quran, ibu ibu Muslimat dengan penuh keramahan menyambut kadatangan kami seraya memberi bungkusan, nasi timbel plus segelas air mineral, berkat.
Alhamdulillah, ini namanya fi dunya hasanah wa fil akhirati hasanah.hehehe

Pandanganku tertuju pada belasan botol kemasan Aqua dengan berbagai ukuran, berjubel di bawah panggung. Apa itu?
Air berkat. Itulah informasi yang aku dapat. Buat apa ya?
Hmmm, aku jadi teringat akan sebuah artikel yang dishare di berbagai media sosial tentang keajaiban bismillah. Ya, air akan membentuk kristal yang amat indah ketika bismillah dan kalimat-kalimat thoyibah lainnya diucapkan.
Lalu bagaimana dengan ribuan bungkus makanan, air mineral yang dibawa dalam acara Semaan Al Quran ini? Tidak hanya bismillah.
Ayat-ayat Al Quran lengkap 30 juz, doa-doa, tahlil, tasbih, tahmid dan banyak lagi. Dibaca tidak hanya oleh satu orang, tetapi ribuan orang.
Maka tak heran, jika orang-orang di sini dengan amat senang memakan makanan yang dibagikan panitia. Al Barokatu is Berkatun. Barokah itu bisa terinfestasi melalui berkat.
Karena barokah adalah kenikmatan.
Karena barokah adalah kebahagiaan dan
Karena barokah adalah penambahan.
Semoga melaui Semaan Al Quran Mantab ini tidak hanya berkat yang didapat tetapi juga berkah dalam segala hal.

Pandantoyo, 24 Februari 2016 
SEMAAN AL QURAN MANTAB:
ASAL USUL
By: Achmad Marzuqi


“Baiklah, aku sanggupi persyaratan darimu,” ucap Bandung Bondowoso menanggapi persyaratan aneh dari gadis cantik incarannya, Loro Jonggrang. Meski akhirnya gagal mewujudkan candi yang berjumlah seribu buah. Candi yang belakangan dinamakan Prambanan mampu kita nikmati hingga sekarang.
Saat Sangkuriang marah karena merasa dipermainkan ibunya yang dikira gadis biasa, dipun menendang perahu yang semalaman dia kerjakan hingga berubah menjadi gunung Tangkuban Perahu. Danau Toba, Pulau Samosir, dan sebagainya menjadi bukti jika segala sesuatu ada asal usulnya. Apalagi kegiatan luar biasa yang bernama Semaan Al Quran Mantab ini.

Bukan hal mudah bagi Gus Miek pendiri Dzikrul Ghafilin dan Semaan Al Quran ini ketika harus memperkenalkan rutinan ini di masyarakat. Karena banyak kiyai kiyai besar yang menentang. Namun berkat kegigihan dan ketabahannya Dzikrul Ghafilin yang awal mula kemunculannya bernama Aurod Lailiyah (1965) dan Semaan Al Quran yang awal mula berdirinya bernama Jantiko (1986) mulai dikenal masyarakat luas.
“Dalam semaan Al Quran ada seorang pembaca Al Quran, huffazhul Quran dan Samiin,” dawuh Gus Miek. Seperti yang disabdakan oleh Raulullah SAW, bahwa yang membaca Al Quran dan yang mendengarnya mendapatkan pahala yang sama.
Jantiko sendiri diambil dari bahasa jawa, yang berarti Jamaah Anti Kolir (jamaah yang anti putus asa, ngersulo, maksiat  dan banyak lagi. Beberapa tahun demikian ditambah kata MANTAB yang dalam bahasa Arab yang artinya orang-orang yang bertaubat.
Kini jamaah itu tidak hanya ada di Kediri, temat kelahiran beliau. Tapi telah menyebar e seluruh pelosok Indonesia wa bil khusus warga Nahdiyyin.
Sementara untuk waktu pelaksanaannya diadakan setiap hari Selasa Pon di masing-masing Kabupaten. sedang ditingkat kecamatan Kertosono sendiri diadakan setiap hari Selasa Legi.
 (disarikan dari http://dzikrul-ghofilin.blogspot.com)
Kertosono, 24 Februari 2016
SEMAAN AL QURAN MANTAB:
REALITA KEHARMONISAN ULAMA dan UMARO
By: Achmad Marzuqi

Ada yang tak lazim dari acara Semaan Al Quran yang diadakan di desa tetanggaku kali ini, Pandantoyo (23/02) . Keadaan yang tak lazim menurut pandanganku namun bisa jadi lazim dalam pandangan orang lain. Bagaimana bisa ribuan orang mustamiin ini berkumpul di sebuah majelis terbuka, dari yang beroda dua, empat hingga kelipatannya.
Apa juga yang mengundang mereka bersusah payah datang ke sini.
Bukan perkara yang sulit untuk diungkap, karena posisiku berdekatan dengan acara yang sedang diadakan.
“Beeh, seribu lima ratus bungkus makanan habis dibagikan,” ujar mbakku mencoba berbagi cerita.
“Waw, banyak banget tuh,” sepontan aku menimpali.

Selasa, 23 Februari 2016

SEMAAN AL QURAN MANTAB: BUKTI FITRAH SUCI MANUSIA
By: Achmad Marzuqi

Belum sempat kaki ini menginjakkan rumah tercinta, telah tampak berkibar bendera dan umbul umbul berwarna hijau. Kondisi masih di atas sepeda motor saat aku berpapasan dengan pemuda pemuda baret hijau. Tampak ada tulisan Banser di lengan seragam dan topi mereka. Ada apa gerangan?
“Ada khataman Al Quran di Pandantoyo,” kata kakakku yang memboncengku.
“Oh ya, sekarang kan hari Selasa Pon,” kataku sepontan.
Tampak kulihat di setiap gang masuk perkampungan menuju lokasi semaan Al Quran, beberapa pasukan Banser menjaga dan menertibkan pengguna jalan. Priiit priiiit.
Sesampaiku di rumah, ibuku langsung menyambutku dengan senyuman dan uluran tangan. Kucium khidmat tangan beliau. Ingin rasanya aku memeluk sang ibu setelah seminggu lebih meninggalkannya, layaknya artis artis di sinetron, namun hal itu rasanya asing.
“Mak, banyak banget masakan hari ini,” kataku. Aku pikir memang makanan ini sengaja dibuat untuk menyambutku, namun.
“Ini buat jamaah yang sedang mengikuti Semaan Al Quran Mantab,” ibuku menjelaskan.
“Ntar, ikutan ya. Biar dapat berkah mendengarkan Al Quran,” ibuku melanjutkan.
“Hmmm, iya Mak. Tapi maghrib aja ya. Pas lagi doa,” kataku setengah bercanda.
“Ahh, kamu ini mau dapat pahala kok setengah setengah,” ibuku menimpali ucapanku.
Aku memang sudah lama tidak ikut program yang diadakan setiap Selasa Pon ini. Dan rasa penasaranku menghadirkan aku ke lokasi yang aku nilai sungguh luar biasa.
Ribuan orang berkumpul memadati jalanan yang panjangnya setengah kilo meter lebih ini. Dari bayi yang dalam gendongan, hingga kakek dan nenek yang  berjalan saja sangat pelan. Kopiah putih maupun hitam, yang berkulit gelap maupun terang semua menyatu, khusyuk menyimak lantunan Al Quran.
Jalan ini ditutup demi kelancaran acara. Karena tingkatnya tingkat kabupaten maka yang datang pun bisa dipastikan dari penjuru kabupaten. Kabupaten Nganjuk.
Subhanallah. Luar biasa.
Benarlah firman Allah yang tercantum dalam Al Quran
dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian (Qs. Al Isra: 82)
Aku hanya bagian kecil dalam lautan manusia yang pakaiannya serba pakaian koko ini. Shalat maghrib bersama, mendengarkan lantunan Al Quran bersama, makan juga bersama. Sebenarnya apa sih yang diharapkan oleh orang orang ini jika bukan bukan sebuah kebahagiaan?
Kebahagiaan yang datang dari dalam jiwa, bukan dari harta. Kalau dari harta, kenapa mereka harus jauh jauh datang kemari, nyarter mobil, mengendarai motor ataupun berjalan kaki pasti juga membutuhkan biaya. Tapi semua itu seakan dikesampingkan.
Alastu bi robbikum?
Bukankah Aku ini tuhanmu?
Ya, Engkau Tuhan kami. Kami bersaksi atas yang demikian itu.
Itulah sebuah percaakapan yang diabadikan dalam Al Quran, antara Allah sebagai Tuhan dan ruh sebagai hamba.
Hal yang senada seakan kembali terulang dalam rutinan semaan Al Quran yang dikenal dengan istilah Mantab ini.
Bukankah AL Quran ini kitabmu?
Ya, Al Quran ini kitab kami. Kami bersaksi atas yang demikian itu.
Kalau demikian, apalagi yang menghalangi kamu untuk menghadiri majelis Al Quran ini?
Nganjuk, 23 Februari 2016








Si Grapyak vs Si Sungkan
By: Achmad Marzuqi

Siapa sih yang nggak tahu ama sifat sungkan. Sifat yg hampir rata rata umum dimiliki orang Jawa. Biasanya sifat ini muncul karena rasa malu yang berlebihan atau mungkin karena keinginan untuk menghormati. Tapi ingat, nggak semua orang Jawa khususnya atau orang Indonesia umumnya memiliki sifat sungkan (S). 
Golongan yang anti sungkan ini disebut Grapyak (G). Bagaimana perbedaan keduanya?

Di Perjalanan Jauh
(S) ketika lapar sedang melanda, dia akan menengok kiri kanan. Menunggu para penumpang terlelap tidur baru mau makan.
(G) tak mau ambil pusing. Langsung ambil kantong makanan dan HAPPP... tak peduli penumpang kiri kanan.
Ditilang Polisi
(S) hehe iya Pak, maaf. Saya lupa bawa SIM
(G) bapak butuh berapa. Saya buru buru. Ceban kali sepuluh yaaa. Pliz deh.
Ditawarin Makan
(S) udah makan ini. Bapak duluan aja (sambil mengelus perut, menahan lapar)
(G) wah kebetulan sekali. Ini juga dari tadi pengen makan. Untung bapak sadar.
Mau Minum Apa?
(S) seadanya aja Pak.
(G) ada kopi nggak Pak(malah balik nanya) kalau bisa kopi hitam ya Pak. Satu sendok kopi dan dua sendok gula. Pesen panas ama es kopinya sekalian.
Saat Mengurus Pembuatan KK
(S) okelah Pak. Ini duitnya (sambil nyerahin uang lima ribu seperti yg petugas pinta)
(G) bapak ini gimana. Tadi petugas desa bilang tanda tangan di kepolisian gratis. Sekarang malah dipalak. Ini baru satu tanda tangan Pak. Masih ada empat lagi (sambil ngeloyor pergi)
Di Dalam Angkot
(S) biasanya empat ribu. Ini lima ribu nggak dibalikin sisanya (ngedumel dalam hati)
(G) Pak kembaliannya seribu! (huh.. sopir angkot jaman sekarang, diminta dulu baru dikasih)
Saat Pelajaran Sulit di Kelas
(S) ini gurunya yang ngawur atau otakku yang ngelantur-bergumam.
(G) Pak. Saya mau tanya (sambil mengacungkan tangan)

Dan banyak lagi. Jadi pilih yang mana nih?
Menurutku sungkan atau grapyak baik dua duanya asal bisa menempatkan diri.
Yang penting jangan merugikan diri sendiri apalagi orang lain.
(catatan kecil selagi tiba di Stasiun Madiun via KA Kahuripan)
KA Kahuripan, 23 Feb 2016

Isnin, 22 Februari 2016

APA KITAB TAFSIR ANDA?
By: Achmad Marzuqi

Entah ini benar-benar sebuah pertanyaan yang dilontarkan juri atau hanya sekedar mengejekku yang memberikan penafsiran acak-acakan.
Saat aku menafsirkan ayat 25 surat At Taubah.
"Mawaathina" ini termasuk isim (kata benda) apa fi'il (kata kerja)?" tanya juri.
"Isim," jawabku mantab.
"Jamak atau mufrod?" lanjutnya.
"Jamak," jawabku sambil menerka apa yang akan juri tanyakan kembali.
"Apa mufrodnya?"
Deg.
Sebuah pertanyaan yang sebenarnya tak ingin aku dapatkan. Aku terdiam untuk beberapa waktu.
"Hmmm.. Mathana," jawabku ragu.
"Oh, ada ya isim mufrod Mathana," kata juri dengan mata mendelik membuat pondasi keteguhan yang aku bangun runtuh seketika.
"Mathinun," jawabku asal berharap itulah yang benar.
"Okelah," kata juri sambil mencoretkan catatan di kertas.
Aduuuh. Salah ini..

"Di mana letak Hunain?"
Aku yang merasa terpojok dengan kesalahan pertama menjadi semakin gerogi. Materi yang aku bungkus dalam ransel otakku terasa melayang, hilang.
"Di Jazirah Arab," jawabku.
"Jazirah Arab itu luas. Coba diperinci lagi!" pinta sang juri.
Hunain,, kapan yaaa
Niat hati ingin bilang bukan di Indonesia, apalagi di
Legok Kab. Tangerang ini. Saking blank nya, tapi urung aku sampaikan.
"Di perbatasan Syam," jawabku lemah.
"Yang benar di antara Madinah dan Thaif," juri membenarkan.
Entah kenapa dengan otakku saat ini. Payah.

"Apa arti dari idz a'jabatkum?" 
Lama aku terdiam, mencari jawaban, "membuatmu takjub." 
Aku nyadar  ada beberapa pertanyaan yang tak bisa aku jawab. Dengan wajah sedikit memerah aku turun dari panggung panas ini setelah hampir dua puluh lima menit di sana.
Buru-buru aku cari jawaban dari peserta lain. Termasuk sms kepada kawanku yang ahli dalam tata bahasa Arab.
Belakangan aku ketahui jika:
1. Mufrod dari Mawaathina adalah Mauthinun saperti juga kata Masjidun yang mempunyai jamak Masaajidun
2. Aku terjebak dalam perangkap Hunain dan Tabuk. Dua peristiwa perang yang berbeda. Hunain terjadi setelah Fathu Makkah dengan jumlah pasukan muslim kala itu 12.000 personil. Sementara perang Tabuk yang diikuti 30.000 pasukan perang dilakukan di tahun 9H. Melawan Pasukan Romawi.
3. Idz a'jabatkum artinya kamu menjadi congkak. Bukan takjub.

Hmmm.. pantesan juri sampe bertanya Apa Kitab  Tafsir Anda. Mungkin mereka mereka merasa aneh mendengar penafsiranku yang nyeleneh.
Semoga jadi pelajaran. Amiiin
(kenangan manggung di Legok Kab. Tangerang sebagai utusan dari Cisoka-17/02)

KA. Kahuripan, 22 Feb 2016
ANDAI TUHAN MENCIPTA
By: Achmad Marzuqi

Andai Tuhan mencipta Doraemon
Lalu Doraemon itu mau duduk menemaniku
Pasti aku akan memintanya mengeluarkan Pintu
Pintu ke Mana Saja yang aku mau
Agar aku bisa segera pulang ke pangkuan ibu

Andai Tuhan mencipta Aladin
Lalu Aladin mau duduk di bus menemaniku
Pasti aku akan meminjam sajadah terbangnya
Agar aku bisa terbang di angkasa
Menghindari jalanan macet di Bandung kota

Andai Tuhan mencipta hantu Casper
Lalu Si Casper duduk di sebelahku
Tidak ada yang aku minta darinya
Selain mendorong bus ini kencang melaju
Tidak seperti siput yang merayap di tanah berbatu

Namun apalah dayaku yang hanya penumpang
Cepat lambat perjalanan, sopir bus yang menjalankan
Setinggi apapaun andai dan angan angan
Bus tidak akan berubah menjadi pesawat terbang

Jadilah aku berhenti mengandai dan berangan
Karena di situ setan menyusupkan rayuan
Menguapkan sifat sabar, sukur pun jadi hilang
Cukuplah aku berdoa pada Tuhan Maha Penyayang
Semoga tidak telat kereta nanti jam delapan malam

(subhaanal ladzii sakhara lanaa hadza wa maa kunna lahuu muqrinin. Wa inna ilaa robbinaa la munqalibuun)
Jadwal kereta kahuripan pkl. 20.00 semoga tidak telat. Amiiin
Bus Sangkuriang, 22 Feb 2016

ODOP in THE PANTUN
By: Achmad Marzuqi

Naik kereta ke kota Ciamis
Melewati sawah sawah di desa
Selamat datang para penulis
Di grup ODOP yang tercinta

Sawah membentang berwarna hijau
Disiram air air pupuk urea
Pengen menulis tapi masih galau
Di grup ODOP ada solusinya

Menanam padi di tengah sawah
Padi menguning dipatuk burung gereja
ODOP hanya sebuah wadah
Buat penulis tanpa pandang usia

Beras masak namanya nasi
Beras digiling bisa jadi bubur
Alaah kamu kok banyak basa basi
Posting di ODOP tulisanmu bakal teratur

Sembarangan makan bikin tubuhmu terkulai
Makanan bergizi bikin tubuhmu kebal
Bismillah. Mari kawan segera memulai
Semoga ODOP mencetak penulis penulis handal
(otw Sukabumi Bandung Luwih Panjang)

Bus Sangkuriang, 22 Feb 2016

Popular Posts