Sabtu, 5 Mac 2016

Profil Santri 2 Huffadz Al Quran Al Khairiyah

1.       Ahmad Zuhair Afif Rahmatullah
TTL         : Jombang, 13 Oktober 2004
Umur    : 12 tahun
Come    : 17 Januari 2013 (Angkatan 6)
Class      : 5 MI Roudhatul Ghilman Pasir Badak
Hafalan : Juz 21 Surat Ar Ruum ayat 60

2.       Ahmad Agus Luqmanul Hakim Ismail
TTL         : Nganjuk, 1 Agustus 2003
Umur    : 13 tahun
Come    : 17 Januari 2013 (Angkatan 6)
Class      : 5 MI Roudhatul Ghilman Pasir Badak
Hafalan : Juz 22 Surat Saba ayat 44

3.       Muhammad Ainun Syifaul Ma’arif
TTL         : Nganjuk, 29 Juli 2004
Umur    : 12 tahun
Come    : 17 Januari 2013 (Angkatan 6)
Class      : 5 MI Roudhatul Ghilman Pasir Badak
Hafalan : Juz 18 Surat Al Mu’minun 92

4.     Ebit Affan Ghofur
TTL         : JombangMei 2003
Umur    : 13 tahun
Come    : 17 Januari 2013 (Angkatan 6)
Class      : 1 MTs Yasti 3 Cisaat
Hafalan : Juz 25 Surat Az Zhukruf ayat 10

5. Sayyid Abdurrahman Hamdi
TTL         : Jombang, 10 Februari  2004
Umur    : 12 tahun
Come    : 17 Januari 2013 (Angkatan 6)
Class      : 5 MI Roudhatul Ghilman Pasir Badak
Hafalan : Juz 15 Al Kahfi ayat 68

Sabtu, 5 Maret 2016


Profil Santri Huffadz Al Quran Al Khairiyah

Menjadi santri di Pesantren Al Khairiyah Sukabumi sungguh menjadi kebanggaan tersendiri. Susah senang, senyum bahagia, tetes air mata bersama dijalani. Seperti sebuah keluarga besar dengan proyek yang besar pula. Proyek percetakan generasi huffadz qurani.

Kini, ditengah persaingan pondok pesantren di Indonesia, Al Khairiyah masih menjelma sebagai pesanteren yang tidak bisa dianggap sebelah mata. Terlepas dari berbagai kekurangan dan kelemahan, kami suguhkan profil Santri Al Khairiyah Putra Angkatan V Tahun 2006.

Meski sedikit semoga mereka tetap bisa menggigit.  
1.       Ahmad Ajik Nur Fata Mubarok
TTL         : Nganjuk, 14 Oktober 1998
Fb           : Azk Cesc
Email     : cescmubarak98@yahoo.com
Come    : 12 Nopember 2006 (Angkatan 1)
Class      : 2 MA Tarbiyatul Falah Selabintana
Khatam                : 2 Nopember 2010 (Al Quran)
                 20 Februari 2015 (terjemah)
Ustadz  : Mas Isom (juz 1), Mas Ahsan (juz 8), Mas Jalil (juz 10), Mas Isom (khatam), Mas Amir              (tashih), Mas Saiful (terjemah)
Khatam Al Quran            : 3 tahun 11 bulan 20 hari

2.       Mohammad Abdullah
TTL         : Kediri, 23 Mei 1998
Fb           : Ismi Muhammad Abdullah
Email     : minurasaku@gmail.com
Come    : 12 Nopember 2006 (Angkatan 1)
Class      : 2 MA Tarbiyatul Falah Selabintana
Khatam                : 18 Juni 2010 (Al Quran
                 (terjemah)
Ustadz  : Mas Yusuf (juz 30), Mas Rolis (juz 11), Mas Asad (juz 12), Mas Ali (juz 14), Mas Saiful (juz 26), Mas Ali (khatam)
Khatam Al Quran            : 3 tahun 7 bulan

3.       Muhammad Ihsan
TTL         : Blitar, 26 Nopember 1997
Fb           : Nu’man Bin Tsabit
Email     : 25rajab@gmail.com
Come    : 12 Nopember 2006 (Angkatan 1)
Class      : 2 MA Tarbiyatul Falah Selabintana
Khatam                :20 Juni 2010 (Al Quran)
                (terjemah) target khatam tahun 2016
Ustadz  : Mas Jalil (juz 18), Mas Hafidz (juz 20), Mas Jalil (juz 23), Mas Ali (khatam), Mas Saiful (terjemah)
Khatam Al Quran            : 3 tahun 7 bulan


4.       Muhammad Iqbal Ulul Hakim
TTL         : Nganjuk, 15 Februari 1999
Fb           : Iqbal Ulul Hakim (Madritista)
Email     : iqbalululhakinm99@gmail.com
Come    : 12 Nopember 2006 (Angkatan 1)
Class      : 1 MA Tarbiyatul Falah Selabintana
Khatam                :3 Maret 2011 (Al Quran)
                (terjemah) target khatam tahun Maret 2016
Ustadz  : Mas Ahsan (juz 8), Mas Jalil (juz 18), Mas Ali (khatam )
Khatam Al Quran            : 4 tahun 4 bulan

5.       Muhammad Mukhtar Dzulhilmi
TTL         : Kediri, 20 Agustus 1999
Fb           : Dzulhilmi
Email     : -
Come    : 12 Nopember 2006 (Angkatan 1)
Class      : 3 MTs Yasti 3 Cisaat
Khatam                :9 Nopember 2010 (Al Quran)
                Juz 26 (terjemah)
Ustadz  : Mas Nadzir (juz 12), Mas Arif (Juz 20), Mas Jalil (khatam)
Khatam Al Quran            : 3  tahun 11 bulan 22 hari

6.       Muhammad Ma’ruf Baidhowi
TTL         : Kediri, 11 Mei 2000
Fb           : Ma’ruf Baydhowi
Email     : -
Come    : 12 Nopember 2006 (Angkatan 1)
Class      : 3 MTs Yasti 3 Cisaat
Khatam                :2 Mei 2012 (Al Quran)
                Juz 23 (terjemah)
Ustadz  : Mas Amir dan Mas Jalil
Khatam Al Quran            : 5 tahun 6  bulan

7.       Muhammad Hafidzun Syafa’at
TTL         : Cilacap, 3 Agustus 1999
Fb           : Akh Syaf
Email     : -
Come    : 12 Nopember 2006 (Angkatan 1)
Class      : 1 MA Tarbiyatul Falah Selabintana
Khatam                :1 Juni 2011 (Al Quran)
                30 Desember 2015  (terjemah)
Ustadz  : Mas Asad (juz 7), Mas Ali (13), Mas Hafizh (juz 17), Mas Amir (khatam)
Khatam Al Quran            : 4 tahun 7 bulan



Sabtu, 5 Maret 2016

Jumaat, 4 Mac 2016

Ketika Segala Sesuatu Dijadikan Berharga

Tanggal 29 Februari 2016 menjadi hari yang spesial untuk kakakku, hari yang menggenapi umurnya yang memasuki umurnya yang ke-32. Apaan tuh?
Hari Ulang Tahun tentunya.
Happy Birth Day ya Mas..
Tapi bukan itu yang aku bicarakan. Ini dari sisi pandang yang lain. Tentang SIM. Surat Izin Menikah, eh Mengemudi.

Sudah menjadi tradisi turun temurun dalam keluargaku ketika ada yang Ultah, tidak ada perayan apapun. Tidak ada lilin berbentuk angka. Tidak ada kue Tar yang bentuknya melingkar. Tidak ada juga kejutan yang membuat hati ini deg-degan. Dicemplungin ke kali, dilempar telor. Atau yang bikin telor. Ihhh masak ayam dilempar.
Nggak ada. Aduuuh edihnya, hiks hiks…

Sebagai warga negara yang taat undang-undang, masa tenggang SIM menjadi sebuah panggilan. Walhasil, motor pun disiapkan untuk meluncur menuju kepolisian. Bukan untuk menyerahkan diri sebagai pesakitan, apalagi lapor polisi gegara kemalingan. Namun untuk pembuatan kembali SIM yang telah hampir usang, habis masa pemakaian.

Mondar-mandir di kepolisian menjadi ciri khas orang yang kebingungan. Itulah aku dan kakakku, apanya yang harus didahulukan. Makanya mencari informasi menjadi harga mati, tanya sana sini, “itu Mas. Lihat papan informasi!” demikian kata Pak Polisi.
Maka prosedur perpanjangan SIM pun dimulai.

“Oh mau memparpanjang SIM ya Mas?” seorang informan berbaju batik mencegat di depan pintu masuk kantor.
“Iya Pak,” ucap kami berbarengan.
“Coba SIM nya mana!”
“Oh iya benar, sekarang mas pergi ke ruang potokopi, itu di sebelah sana.” Kata informan menunjuk lokasi.
“Makasih Pak.”

Teeet teeet teeet…
Suara mesin potokopi berbunyi.
“Dua puluh ribu,” ujar ibu penjaga mesin, terlihat masih cantik dengan kerudung hijaunya. Staylis.
“Setelah ini Mas ke ruang dokter untuk cek kesehatan.” Kata ibu polisi sambil menyerahkan hasil potokopi dalam sebuah map yang terlihat rapi.

“ini huruf apa?”
“Kalau ini.. kalau yang ini?” tanya dokter mengetes kesehatan mata.
“Dua puluh ribu Mas,” ujar dokter mengakhiri.
Aku hanya melihat senyum kakakku saat itu. Kenapa?
“Kenapa Mas, senyum-senyum?” tanyaku penasaran
“Katanya perpanjangan hanya 75.000 buktinya.” ujarnya kesal.
wekawekaweka…

Begitulah, jika segala sesuatu dijadikan berharga.
Seorang kasir Indomart, sore kemarin juga melakukan hal yang sama.
“Mau pakai kantong atau tidak? Kalau pakai maka dikenakan cash dua ratus rupiah. Demikian undang-undang terbaru dari pemerintah.”
Aku hanya bilang we aa we (seperti komentar seorang juri dalam akademi dangdut di RCTI.
Waaaaw
Saat itu coba mencari informasi tentang kebenaran kasir itu, ternyata ada tujuan dibalik harga kantong ini. Agar orang menghargai kantong plastik yang dibuang sembarangan.
Ohhhh

Sekarang, ketika segalanya dijadikan berharga, sudahkah diri kita ini berharga?
Dengan apa kita ini berharga?
Harga tidak melulu pakai uang. Berkarya untuk orang lain pun sudah ada harganya apalagi karya itu bermanfaat. Ah semoga saja!!
Amiiin.
Cisaat, 4 Maret 2016


Dengan Alasan Apa Aku beralasan?

Bicara soal alasan tentu semua orang akan faham, apa sih alasan itu. Dan bisa dipastikan hampir rata-rata orang pernah mempunyai alasan.
Ketika anak SD ditanya, “kenapa kamu telat?”
“Hmmm.. pakaian saya masih basah Pak. Baru disetrika.”
Ketika seorang pegawai ditegur atasannya, “kenapa tidak masuk kemarin?”
“Anu Pak, istri saya sakit.”

Selasa, 1 Mac 2016

5 TIPE PENCARI NAFKAH DI JALANAN
By: Marzuqi Ahmad

Beda orang beda penilaian. Mungkin itu adalah istilah yang cocok dalam memberi gambaran perbedaan. Tergantung dari sudut mana dia memandang.
Asing di mataku belum tentu asing di mata orang lain. Dan ini murni tentang penilaianku selama beberapa pekan montang manting di perjalanan.

5 Tipe Pencari Nafkah di Jalanan
1. Tipe PHP
      "Ayo ayo Luwipanjang Luwipanjang" teriak seorang sopir yang sedang ngetem di stasiun Kiaracondong Bandung.
Aku sebagai penumpang bisa memperhatikan.
"Luwipanjang Langsung Luwipanjang langsung!" sambil menyalakan mesin angkot, maju mundur (syahrini donk. Hehe) layaknya hendak siap berangkat. Padahal nunggunya saja bisa menghabiskan waktu makan bakso 2 porsi.

2. Tipe  Baper
      Tentunya bukan Baper alias bawa perasaan layaknya anak anak jaman sekarang.
"Kurang seribu lagi Bu," kata seorang sopir angkot kala diberi dua lembar uang dua ribuan. "Coba ibu ngojek udah berapa bayarnya. Ini bukan buat saya. Ini buat setoran. Sekarang udah susah mahal pula."
Glek.
Baper. Bawa bawa Permasalahan

3. Tipe Petak Umpet
      "Mang anterin ke tempat anu!" kata Ani pada tukang ojeg.
"Oke, cabut."
Setelah tiba di ktp eh tkp. Mang Ojeg minta bayaran yang lumayan menguras kantong saku. Dasar si Ani orang baru, begitu cerita kepada kawannya tentang ongkos yang mang ojeg pinta.
"Padahal kalau jalan paling cuma sekilo. Mang ojeg aja yang muter muter biar terasa jauh."
Deg. #nyesek

4. LRD
     Cinta Jarak Jauh?
     Bukan Bukan! Sinyal kalee yang jauh.
     Seorang lelaki gempal bertato kepala kadal datang menghampiri Ono yang keluar dari toilet umum.
"Dua ribu Mas." kata si preman.
"Ini kan gratis. Tuh liat tulisannya!" seraya Ono menunjuk papan pengumuman.
"Itu dulu Mas. Sekarang udah beda." sambil menadahkan tangan. Meminta uang.
Celingukan. Merasa gak punya teman. Kalah isi badan. Ono akhirnya membayar juga.
Lu Rasakne Dewe hehe. Kata preman dalam hati.

5. Penipu
     Seorang tukang becak menghampiri Ana dan Ani yang terlihat membawa ransel di prapatan kota.
"Ayo Neng, becaknya!"
Ana ini hanya menggelengkan kepala. Tak menerima.
"Plis donk neng. Seikhlasnya. Mau ke mana saja saya antar. Pagi ini saya belum makan neng," mengiba.
Merasa iba kedua gadis inipun setuju. Lantas naik.
Belum duapuluh kayuhan becak. Si bapak bercerita jika kemarin ada penumpang yang hampir sama dengan keduanya. Udah gitu bayar duapuluh ribu.
"Jadi kita harus bayar segitu Pak?" tanya Ani kesal.
"Iya neng. Tarifnya memang duapuluh ribu seorang."
"Tadi bapak bilang....."
Terjadilah percekciokan..
Ketipu Daaa...

(just kidd and share pengalaman)
Sukabumi, 1 Maret 2016


WASIAT PETUGAS KERETA API

Selama hampir sepuluh hari terakhir ini aku harus menjalani perjalanan jauh. Bolak balik melintas Jawa menuju Jakarta, lalu mampir beberapa waktu di Sukabumi.
Tebang pilih kendaraan tentu aku lakukan, karena perjalanan menyunat waktu hingga belasan jam. Aman dan nyaman menjadi standar perjalananku saat ini. Dan standar itu jatuh pada Kereta Api.

Rasa bosan, kantuk yang menyerang mjd hal yang tak terhindarkan. Butuh solusi.

Hmm, selagi koneksi internet masih ada. Selagi jari ini masih bisa tak tik tuk mengetik karya. Nggak ada salahnya.
Ini adalah sebuah peringatan. Yang disiarkan secara berulang. Di saat menjelang berhenti, di beberapa lokasi stasiun kereta api. Mungkin peringatan ini disampaikan belasan kali. Sampai sampai tangan ini tergelitik untuk menuliskannya.
Kurang kerjaan banget aku ini.
Tak apalah, daripada kerjaan kurang, setoran kurang. Malah jadi beban. Ujung ujungnya bunuh diri ala kamikaze Jepang. Ngelantur!!!

Selamat malam. Selamat datang di stasiun Banjar. Periksa kembali barang barang Anda jangan sampai tertukar atau tertinggal di dalam kereta. Kami himbau kembali demi keselamatan Anda untuk tidak memegang pintu kereta sebelum kereta benar benar berhenti di stasiun. Kami atas nama.... mengucapkan banyak terimakasih telah menggunakan jasa kereta api. Mohon maaf apabila pelayanan kami kurang memuaskan. Kami informasikan kembali saat ini Kereta Api Ekspres Kahuripan saat ini telah berada di stasiun Banjar. Sampai jumpa kembali di perjalnan berikutnya semoga selamat sampai tujuan. Pintu keluar berada di sebelah kanan/kiri kedatangan kereta api.
Stasiun Banjar.

Sebuah sistem penyampaian yang jarang aku temui di toko tempat mamaku berjualan sembako.
Tak apalah, bagiku ini adalah sebuah kado wasiat perjalanan yang indah.
Andai saja saat penyampaian, ada pramugari yang memberikan peragaan, kayak yang di pesawat terbang. Pasti ada tambahan hiburan.wekaweka.
Tapi bagaimana ada pramugari, lawong diriku aja milihnya kereta ekonomi.

Kucoba hitung jumlah kursi dalam satu gerbong kereta, 1A B C D E hingga 24E. Itu artinya 24x5 yang jumlahnya 120. Dipotong 4 kursi karena dijadikan toilet kamar mandi. Totalnya menjadi 116 kursi. 116 penumpang.
Jika jumlah gerbongnya 6 berarti udah ada sekitar 669 penumpang yang mendengarkan wasiat yang sama.
Hmm.. andai saja wasiat itu diselipkan hadits arbain, riyadus solihin, atau mungkin pesan super dari om Mario Teguh, lirik motivasi dari Andri Wongso, petuah nasehat dari Yusuf Mansur, Aa Gym dkk. Pasti bakal.........
Ka Express Kahuripan,1 Maret 2016

Isnin, 29 Februari 2016

DOA SAFAR

Perjalananku dari Nganjuk ke Bandung hari ini mengingatkanku pada sebuah percakapan dengan tetanggaku, beberapa pekan lalu.
"Mas," katanya. "Dulu ketika di pesantren seorang ustadz pernah mengajariku sebuah doa."
"Doa apa bang?" tanyaku.
"Doa perjalanan jauh. Seingatku ada di dalam Al Quran," katanya mengingat-ingat.
"Di dalam surat apa bang?"
"Itulah masalahnya Mas, aku lupa. Hehe," katanya sedikit terkekeh.
"Coba bacakan sedikit kalimat yang abang ingat. Biar aku tebak." kataku memberanikan diri.
Siapa tahu aku yang pernah bergelut di dunia pesantren, bisa menebak klue kalimat yang dia berikan. Hehe, sombongnya.

Heran saja, selagi aku menyodorkan doa, bismillahi majreeha wa mursaaha... (Qs. Hud: 41) dia bilang bukan.
Lalu aku bacakan doa safar yang lainnya di surat Az Zukhruf ayat 13, subhaanal ladzi sakhoro lanaa hadza wa maa kunna lahu muqrinin... dia memberikan jawaban yang sama pula, "bukan itu Mas."
Padahal doa itu kan biasa aku ajarkan pada anak-anak di TPQ.

"Oh ya Mas," katanya kegirangan. "Pokoknya ada kalimat.. la roodduka ila ma'ad. Surat apa ya Mas?"
Aku mencoba mengingat. Cukup lama. Sepersekian menit. Sebelum akhirnya, "surat Al Qasas bang. Cuma ayatnya kurang tahu pasti. Harus membuka Al Quran terlebih dulu." Lalu aku bacakan ayat tersebut secara lengkap.
Dan kejadian beberapa pekan lalu itupun lenyap seperti buih di lautan. Seakan percakapan basa basi yang tiada mengandung manfaat.

Kini, di sela termenungku di bangku kereta. Kucoba mengais pecahan percakapan itu, percakapan ringan dengan Bang Entis tetanggaku.
Kuraih Al Quran mini keluaran Beirut yang biasa aku bawa di dalam tas. Full Arabic Font.
Surat Al Qasas ayat 85.
"Innal ladzi farodho 'alaikal qur'ana la roodduka ilaa ma'aad. Qur robbii a'lamu man jaa a bil hudaa wa man huwa fi dholaalin mubiin.
(sesungguhnya yang mewajibkanmu menjalankan hukum hukum Al Quran benar-benar akan mengembalikanmu ke tempat kembali. Katakanlah, "Tuhanku lebih mengegtahui siapa yang membawa petunjuk dan orang yang dalam kesesatan yang nyata.)

Gagal faham dengan maksud ayat ini. Kucoba membuka apa penyebab turunnya ayat ini. Ternyata dalam suatu riwayat saat Rasulullah Saw diperintahkan untuk hijrah ke Kota Madinah. Beliau merasakan kerinduan mendalam merasuk dalam hatinya. Berat hati ini tentunya disadari oleh Allah Yang Maha Tahu.  Maka turunlah ayat ini.

Hmmm.. wajar saja tetanggaku mendapatkan amalan doa ayat ini dari gurunya. Secara arti memang sangat mengena. Setidaknya ayat ini mengandung jaminan dari Yang Maha Memiliki bahwa tidak perlu takut. Kau akan selamat sampai tujuan dan juga saat kau kembali ke tempat asalmu berangkat.
Ka Kahuripan, 29 Feb 2016
Kenapa Aku Memilih Menjadi Penulis?
(sebaik baik manusia adalah yang memberi manfaat untuk sesamanya-hadits-)

Seorang guru di sebuah sekolah tingkat dasar bertanya pada murid-muridnya.
“Siapa yang bisa menyebutkan garis keturunan dimulai dari ayah, kakek,buyut dan seterusnya?”
Maka anak-anak pun saling berlomba menjawab pertanyaan gurunya tersebut.
“Nama ayahku Lukman, nama kakekku Ridwan,” jawab seorang murid bernama Sardi.
“Kalau ayahku orang Jawa, namanya Slamet. Kakekku namanya Parjo,” kata Agus tak mau kalah.
Satu persatu Ali, Ahmad, Rashid, Jaka, Siti, Umi dan yang lainnya menjawab.
“Ada yang tahu nama kakek buyutnya?”sang guru memberi tantangan.
Suasanan kelas hening, semua siswa menggelengkan kepalanya. Tiba-tiba, Siti mengacungkan tangannya, “saya tahu Pak Guru.”
“Siapa nama kakek buyutmu Ti?” tanya Pak Ruslan, guru PPkn di kelas ini.
Dengan sedikit ragu,Siti menjawab, “setiap hari Minggu saya selalu diajak ke kampung nenek. Di sana nenek hidup bersama ayahnya. Saya biasa memanggil beliau Mbah Nang,” ujar Siti polos.
Anak-anak pun dibuat tertawa oleh kepolosan jawaban Siti. Suasana menjadi riuh.

“Tenang anak-anak!”
“Sekarang siapa yang tahu pencipta lampu yang ada di atas ini?” tanya Pak Ruslan seraya menunjuk lampu yang tidak menyala.
Segera anak-anak mendongakkan kepala ke atas.
“Philips Pak,” jawab Sardi cepat.
“Dari mana kamu tahu?” Pak Ruslan mengernyitkan kepala.
“Dari tulisan yang tertera di pinggirnya Pak.”
“Hmmm.. Bagus.”

Tampaknya pak guru bernama lengkap Ruslan Abdul Gani ini belum puas untuk menggiring pemahaman anak-anak didiknya. “Lalu siapa yang menulis buku Pkn ini?”
Segera anak-anak membuka sampul buku yang sebelumnya telah terbuka.
“Jonathan dkk.” Jawab anak-anak serempak.
Dengan senyum puas Pak Ruslan melanjutkan, “Anak-anak. Nama Philips, Jonathan ataupun yang lainnya hanya contoh kecil dari sebuah karya. Padahal mereka belum pernah kalian lihat. Bertemu juga belum. Tapi kalian mengenalnya. Inilah hebatnya karya. Dan karya yang bisa kalian saat ini setidaknya tulisan.”

Setelah terjadi diskusi kecil, pak Ruslanpun memberi kesimpulan tentang arti penting sebuah tulisan. Menulis tentang apa saja, terutama pelajaran.

Ketika seorang coach kepenulisan, Bang Rama memintaku untuk memberikan alasan, kenapa aku ingin menjadi seorang penulis. Jawabanku tidak akan jauh dari apa yang telah disampaikan Pak Ruslan di atas.
Apa yang bisa aku berikan kepada orang lain selain karya?
Salah satu karya yang bisa aku lakukan adalah dengan membuat tulisan. Imam Ghazali pernah berpesan, “jika kalian bukan anak seorang raja, bukan pula anak seorang ulama. Maka jadilah penulis.”

Seperti juga kata pepatah,  gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama, baik atau buruk akan dikenang.
Maka alangkah baiknya jika kenang-kenangan yang kita berikan itu berbentuk karya tulis yang bermanfaat tidak hanya untuk kita, tapi juga orang lain.
Aku patut bersyukur, dikenalkan dengan orang-orang yang mempunyai tujuan yang sama, alasan yang sama dalam membuat karya tulis. ODOP pimpinan Bang Syaiha salah satunya. Lewat karya-karya yang ada aku bisa banyak belajar dari sana. Menulislah untuk Keabadian!
Sepengetahuanku saat ini dunia tulis menulis sedang menggeliat, untuk menjadi penulis hebat persaingannya cukup ketat. Namun aku cukup percaya dengan omongan Mbak Asma Nadia yang tidak percaya akan  bakat. Jadi ya bismillah aku mulai meski berjalan lambat.
Tidak ada kata telat. Tidak pula kata terlambat.
Karena alasanku untuk menjadi penulis amat jelas. Berkarya untuk dikenang. Berkarya untuk memberikan kemanfaatan. Berkarya melalui tulisan.

Nganjuk, 29 Februari 2016

Ahad, 28 Februari 2016

LIFESTYLE
-Ketika Wanita Menggoyahkan Iman Kaum Pria-

Baru-baru ini stasiun televisi swasta RCTI menayangkan kontes wanita paling ayu sejagad yang disebut Miss Universe Indonesia 2016. Pro kontrapun bermunculan baik seputar penayangan acara ini maupun hal yang lebih kecil lagi, pencatutan nama Aceh-yang mengedepankan syariat Islam- telah mengirim utusan dalam acara ini, yang ternyata bukan gadis asli Aceh, melainkan keturunan Jawa yang mengaku Aceh, kecolongan.
PENDIDIKAN
-Kesejahteraan Para Guru-
Baru-baru ini Indonesia dihebohkan dengan demonstrasi yang dilakukan oleh para guru honorer. Ribuan guru dari berbagai daerah dikabarkan mengepung istana demi menagih janji pemerintah yang belum terlunasi. Tanpa berpihak pada satu elemenpun, di sini timbul pertanyaan. Ada apa di balik aksi yang dilakukan oleh kaum pahlawan tanpa tanda jasa ini? Ada apa dengan pendidikan di Indonesia saat ini? Jika para gurunya demo, apa yang akan dilakukan murid-muridnya di sekolah?

Popular Posts