Sabtu, 9 Januari 2016

   BUKAN SALAH PENGANTEN
Mau Bertanya Nggak Sesat di Jalan #AskBNI.

Oleh : Achmad Marzuqi
Setelah diadakan pembicaraan kecil antara para sopir, kendaraan-kendaraan pengiring penganten yang terdiri dari 3 buah mobil dan satu elf inipun berangkat. Sementara mobil xenia dengan plat AG milik mempelai pengenten berada paling depan memimpin. Tujuannya cukup jelas, kampung Mojo Ploso Kediri. Empat hari lalu acara walimahan diadakan di rumah mempelai putri, sekarang giliran sebaliknya.
Aku termasuk bagian dari rombongan iring-iring penganten ini. Aku berangkat bersama saudara dan sanak famili lainnya di dalam elf. Karena pengantennya adek perempuanku sendiri.
Macetnya jalanan di kota Kediri membuat mobil yang aku tumpangi terpisah, jauh mendahului mobil utama. Padahal tidak ada dari kami yang tahu pasti lokasi rumah mempelai pria, hanya berbekal nama desa yang akan dituju, Mojo.
@BNI #AskBNI Adekku yang menikah, Muflihah

Rabu, 6 Januari 2016

#Mau Bertanya Nggak Sesat di Jalan #AskBNI. Oleh : Achmad Marzuqi “Pokoknya pulang dulu saja, biar urusan kamu cepat selesai.” Omongan panjang kakak perempuanku, Mbak Choir dari seberang telepon menghapus segala kebimbanganku, pulang ataukah bertahan di kosan, Pare. Menunggu di halte bus menjadi sesuatu yang membosankan, tetapi kebosananku hilang kala aku bertemu dengan Deby, Zum dan Merry di jalan. Sungguh menyenangkan bertemu dengan mereka hingga sebuah bus berhenti di pinggir jalan, “ini lewat Jombang Mas, naik saja.” kata penjual jus buah di pinggir halte. “Makasih Pak,” kataku padanya. Tak lupa aku pamitan pada tiga teman satu kursusan ku. Bismillah, patokan pemberhentianku jelas. Daerah Randu seberang rel kereta api. “Randu Mas.” Kataku pada kondektur sambil menyerahkan selembar uang lima puluh ribu. Aku mengumpat dalam hati kala uang kembalian hanya tiga puluh ribu. Seminggu lalu masih sepuluh ribu, sekarang? Protes urung kulakukan dan aku hanya bisa husnuzhon saja.

Isnin, 4 Januari 2016

Kamis, 03 Juli 2014 Entah, kapan aku mulai punya kendaraan bermotor ini. Sebuah motor Honda dengan plat Hitam F 4875 VO, yang bisa dibilang cukup sederhana. Warna dasarnya sih hitam dengan corak merah kemerahan.
Yang pasti dan paling aku ingat aku di DO dari pesantren di hari Minggu, antara 5 atau 12 Desember 2010. Seminggu diterpa rasa galau di kosan beralamat Tipar Gede belakang Ramayana, akhirnya ada tawaran mengajar di Kep. Anambas Kep. Riau. Kontrak kerja 4 bulan dengan gaji Rp. 8.000.000/bulan plus uang transport dan hadiah Perlombaan MTQ tentu bukan suatu penghasilan yang kecil. Alhasil dari uang tersebut aku membeli motor ini dengan banderol harga Rp. 7.500.000 kontan dari Mini Showroom Abah di tetangga kosan. Waktu itu aku sedang menjalani PPL di MA Jamiyyatul Mutaallimin Nyomplong, di awal-awal bulan tahun 2011. Motor inilah yang setia menemani hingga tulisan ini ditulis, berkali dioprek, dibengkel dan diservis yang tentunya bisa abis jutaan rupiah. Postinagn poto berikut ini tentunya bukan untuk dijual atau dilelang seperti yang biasa dilakukan kawan-kawan asramaku di SMPIT Al Araf, apalagi Ust. Azis di lapaknya Sukabumi Shopping. Mungkin emang jadi sifat dan kebiasaanku, entah terlalu pelit atau sayang gonta ganti barang. Bukan hanya motor, HP, baju dan masih banyak lagi. Kamar Kecil, 11 Desember 2014

Popular Posts