Sabtu, 20 Februari 2016

TRIK MENJADI JUARA MTQ TAFSIR BAHASA INDONESIA

Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) di empat kabupaten/kota Propinsi Banten dipastikan mendekati hari hari terakhir.
Kab. Cilegon : 15 - 19 Feb 2016
Kota Tangerang : 15 - 19 Feb 2016
Kab. Tangerang : 16 - 20 Feb 2016
Kab. Serang : 18 - 23 Feb 2016
Ada banyak hal penting yang aku catat yang tentunya sangat bermanfaat untuk diingat, dikaji, dan dijadikan pelajaran. Dari keberadaan penginapan, layanan panitia, kondisi masyarakat hingga suasana panggung perlombaan.
Aku hanyalah bagian kecil dari momen tahunan ini, hanya seorang peserta. Meski belum dipastikan juara, namun jalan untuk menjadi juara terbuka lebar.
MTQ memperlombakan puluhan cabang, dari berbagai lapisan umur dan menyerap peserta dari berbagai wilayah. Satu dari sekian puluh cabang itu adalah Tafsir Bahasa Indonesia.
Suka duka dalam proses perlombaan di cabang ini selama beberapa tahun ke belakang setidaknya memberiku pelajaran bagaimana Trik untuk menjadi juara di cabang ini. Apaan tuh:
1. Hafalan 30 Juz
      Hafalan 30 Juz menjadi harga mati dalam cabang ini. Karena ia menjadi syarat wajib. Jika tidak hafal, jangan coba coba kecuali jika hanya ingin tampil abal abal. Persiapkanlah, hafalkanlah dan lancarkanlah!
2. Hafal Terjemah Ayat
      Karena setiap tahun, juz yang sitampilkan berbeda. Maka pastikan kamu juga hafal terjemah Al Quran. Jika tidak maka minimal kamu hafal terjemah juz yang sedang diperlombakan.
3. Mufrodat
     Mufrodat adalah kata. Di cabang Tafsir ini, soal soal tentang mufrodat duduk di posisi yang pertama, sebelum soal soal yang lain. Jika hafal Al Quran dan Terjemahnya namun blank di arti perkata, maka siap siap saja poin kamu tidak akan sempurna.
4. Munasabah
      Tidak seperti kitab yang lainnya, rangkaian ayat Al Quran satu sama lain saling melengkapi. Indah. Ibarat kalung mutiara. Di sinilah titik yang harus kita ketahui. Titik Munasabah. Hubungan antar ayat satu dengan ayat yang lainnya.
5. Asbabun Nuzul dan Tafsir
     Asbabun Nuzul menjadi patokan penting dalam penafsiran Al Quran. Sebagai calon mufassir, penafsiran kita haruslah relevan dengan sebab sebab turunnya ayat yang sedang kita terangkan. Tanpa berpatokan ini, penafsiran kita akan ngawur alias ngelantur.
Pastikan saat kita memberikan penafsiran jangan hanya mulu mengandalkan logika, gunakan pendapat atau qaul ulama. Dan yang paling penting adalah menafsirkan sebuah ayat dengan ayat lain sehingga saling menguatkan.
6. Mental
     Materi tafsir lengkap, hafalan al Quran lancar. Namun mental yang dipunya hanya mental tempe atau tape. Hmmmm.. Siap siap aja, jadi belepotan penafsiranmu. Yang kamu hadapi bukan hanya materi, tapi dewan juri. Juri yang kadang terlihat judes dan kejam, soal soal yang ia lontarkan kadang penuh jebakan. Berpikirlah selalu benar. Jangan terpancing emosi dewan juri.
7. Doa dan Tawakkal
     Tidak ada yang tahu apa yang bakalvterjadi dipanggung. Maka kita harus meminta kpada Zat Yang Maha Tahu lewat doa. Selebihnya bertawakkal lah. Serahkan pada Allah Azza wa Jalla.
Itu saja Trik dari saya, semoga bermanfaat buat yg membaca.
(bus Marita, Merak Sukabumi ber Ac tapi ya ampun Mahalnya. Sampai harus merogoh gocek sebesar 50.000) Udah gitu ngetem lagi di Terminal Kota Serang. Tempat ngetem semalem. Duh..
Sakitnya tuh di kantong. Hiks hiks....
Bus  Marita, 20 Feb 2016

Jumaat, 19 Februari 2016

Galery MTQ - The Last Show

Pukul 19.00 Terminal Kota Serang
"Maaf mas, ini ada penumpang yang sakit dan harus segera dibawa ke RS," kondektur menepuk punggungku meminta turun, pindah bus.
"Tinggal naik bus, nggak bayar lagi."
Dinginnya malam ini, ditambah Ac bus yang tak pernah mati. Setelan kaos lengan panjang dengan celana hitam bahan mengukuhkan rasa yang kualami. Dingin. Menusuk pori.
Pindah bus
Ngetem
Menunggu lagi
Membosankan dan menyebalkan
Lima belas menit berlalu dan masih menunggu.
Dua orang pengamen masuk dan mulai mendendangkan lagu. Asik.
Selalu lagu Iwan Fals yang jadi andalan. Tentang Wakil Rakyat, tentang koruptor, tentang kemiskinan dan ketidakadilan.
Selembar uang seribuan menjadi upah yang pantas lewat gitar dan suara gendang yang memberiku hiburan.
"Makasih Mas," ucapnya tulus.

Kesendirian, rasa lelah, tersesat di jalan menyatu dalam sebuah perjuangan. Berbekal alamat dan panduan panitia aku nekat menembus jalanan yang  belum aku tahu ujungnya.
Sebuah pesantren kecil yang tak bernama namun mencetak banyak nama. Andai bukan karena rame rame isu teroris. Andai bukan karena polisi dan intel yang acapkali masuk menginterogasi setahun lalu.
Al Khairiyah
Pesantren Tahfizh Al Quran
Kini tampak nyata dengan baliho kecilnya.
Entah di kelas berapa pertama merasakan panggung panas MTQ. Yang aku ingat gegara hafalan yang acak acakan beberapa pukulan rotan dari syekh aku rasakan. Mungkin di awal awal SMP. Karena saat itu aku hanya ikut kategori juz 30.
Dan itu tidak pernah terulang lagi hingga 2010.
Masa percobaan yang berujung kegagalan di kancah kabupaten Sukabumi.
Terlepas dari semua proses di atas. Setidaknya panggung mtq telah mengantarku bolak balik ke kep. Anambas. Sebuah kepulauan yang terkenal dengan pantai pantainya yang cantik.
Panggung MTQ juga yang mengantarku jatuh bangun hingga mencapai runner up di tingkat propinsi Jabar dan Kep Riau tahun 2012 dan 2013.
Panggung MTQ pula yang mengantarku ke Anyer, ujung pulau Jawa.
Sebuah keinginan tiba tiba melintas untuk mengakhiri semuanya. Mengakhiri perform di panggung MTQ. Dan menjadikan ini sebagai penampilan terakhir. Tahun terakhir. Dengan catatan lolos terlebih dahulu di panggung MTQ Nasional.
Jika kau memuliakan Al Quran, maka Al Quran akan memuliakanmu.
Begitulah janji yang pernah aku dapati. Semoga.

Tak terasa aku melewatkan perjalanan yang panjang. 2x oper angkot untuk mencapai tujuan. Anyer di Kabupaten Serang. Tepat pukul 20.35.
Dua sampai tiga jam perjalanan dari Kab. Tangerang.

Anyer, 19 Feb 2016

Galery MTQ
Belajar dari Penampilan MTQ

Ini hanyalah sebuah goresan yang aku tulis selagi ada di atas bus Arimbi. Dari Tol Bitung menuju Anyer dan transit di PCI. Sebuah perjalanan panjang yang aku lakukan selama menjalani perlombaan MTQ.
Puji syukur aku panjatkan ke hadirat Ilahi. Yang memberiku keselamatan dari awal pemberangkatan (15/02) hingga detik ini.
Bagiku panggung MTQ menjadi ajang hiburan sekaligus penampilan yang menegangkan. Hiburan karena aku melalui perjalanan yang amat panjang, melewati jalan jalan baru yang menghibur pandangan. Menegangkan karena tuntutan tampil maksimal dari panitia pengundang.
Usaha maksimal kadang belum menjadi jaminan kelancaran. Doa doa yang kupanjatkan kadang tak mampu meredam hati yang deg degan. Ada faktor x yang disebut keberuntungan. Beruntung dapat soal yang mudah. Beruntung kala juri penilai lengah. Beruntung karena mood tampil yang lagi wah...
Waduh tepat pukul 18.00 ban bus arimbi yang aku tampangi harus diganti. Oke, langsung saja ke masalah inti.
Belajar dari Penampilan Panggung MTQ
Kenapa penampilanku mulus di panggung pertama MTQ kota Tangerang?
Setidaknya ada dua faktor
Faktor soal yang nggak begitu susah
Perpindahan lokasi penampilan Tafsir Indonesia dari Masjid Al Washilah ke Masjid Airnav yang membuat jumlah penonton (mustamiin) tak begitu membludak. Setidaknya rasa pede ku jadi semakin tergugah.
Lalu...
Kenapa saat tampil di kabupaten, sedikit acak acakan?
Jumlah mustamiinnya jauh lebih banyak.
Materi bahsa arabku dan wawasan keislamanku
 yang amat minim.
Apa perbedaan nafqah, shadaqah dan zakat?
Dasar apa yang Anda pakai dalam menjawab soal si atas?
Apa jamak dari "mawaathina"?
Di mana letak bukit Hunain?
Hmmm,, soal2 yang membuat diiku gerogi. Dan mendapat sekak mat dari dewan juri.
Ahhh...
Aku tak boleh menyerah.
Kesempatan itu maaih terbentang luas bak pematang sawah.
Besok penampilan panggung di Serang menanti
Semoga aku sanggup belajar dari semua kesalahan ini.
Bus Arimbi, 19 Feb 2016
Cahaya itu Bernama Al Kahfi
By: Achmad Marzuqi

"Priiiiit.. Priiiit." Suara semprit polisi memaksaku untuk berhenti. Aku yang merasa tak melakukan pelanggaran, dengan langkah optimis masuk ke pos penjagaan polisi untuk mengikuti prosedur pemeriksaan.
"Mana SIM dan STNK nya," pinta Pak Polisi.
Tak butuh waktu lama untuk mengeluarkan kedua surat yang dimaksud.
"Ini Pak,"
Entah pura-pura mencatat atau benar benar berniat mencatat. Aku rasa aku hanya dipermainkan.
"Adik tahu apa kesalahan adik di jalan?" tanya Pak Polisi dengan sorot mata menginterogasi.
Aku hanya menggelengkan kepala. Tidak tahu.
Lalu dengan suara datar dia membacakan pelanggaran tentang penggunaan lampu besar.
Dendanya pun tak tanggung tanggung, ratusan ribu hingga ke angka satu juta.
"Tapi saya tidak tahu peraturan ini Pak," aku mencoba berdiskusi.
"Tapi ini peraturan," Pak Polisi menjelaskan.
Aku melirik dompet yang masih aku pegang. Selembar uang 50.000 dan beberapa pecahan uang dua ribuan. Itu juga kondisinya menyedihkan. Lecek.
"Nggak cukup pak uangnya," kataku lemas.
"Adik mau dikasih surat tilang atau bayar denda??" Pak Polisi kembali bertanya.
"Denda aja Pak," jawabku mengalah.
"Hanya ini pak uang yang aku punya. Sisanya mau aku belikan bensin," seraya aku serahkan selembar uang 50.000. Uang terbesarku satu satunya.
Itu juga bukan perkara yang mudah, butuh rayuan dan bujukan. Setidaknya aku bisa menyelamatkan motor Honda Supra X 125cc milik kakakku hanya gegara pelanggaran lampu.
Yapz, gegara lampu. Apa gunanya lampu jika tidak bercahaya.
Itu bukan cerita fiktif. Itu cerita nyata.
Padahal aku pergi dengan tujuan memnuhi undangan mengaji. Tapi, hmmmm (apa hubungannya? Hehe)
Begitu pentingnya cahaya sampai sampai Allah secara berulang mengulang kata cahaya dalam Al Quran dengan mufrodat "nur" dan "dhiya"
Hari ini adalah hari Jumat. Ada satu keutamaan yang Allah sediakan untuk orang orang yang beriman dengan analogi cahaya. Apakah itu?
"Siapa yang membaca Al Kahfi pada hari Jumat, maka akan memancar cahaya dari bawah kakinya sampai langit. Akan meneranginya sampai hari kiamat. Dan diampuni dosanya di antara dua Jumat." (HR. Abi Bakr bin Mardawih)
Ada lagi kabar gembira yang tak kalah menarik,
"Siapa yang membaca Al Kahfi pada hari Jumat, maka akan dipancarkan cahaya untuknya di antara dua Jumat." (HR. Hakim dan Al Baihaqi)

Masih belum percaya pentingnya cahaya buat kita?
Aku saranin jalan aja di malam hari, dalam kegelapan. Di kompleks kuburan. Syeereeem.
Atau,
Ambil motor Anda. Pakai. Dengan kondisi lampu tidak menyala. Cari jalan yang yang bapak bapak polisi sedang melakukan razia. Takut ahh..
Atau..
Udah dulu ah..
Semoga Anda percaya.
Dan segera mengambil mushaf Al Quran, menyempatkan diri membaca Al Kahfi selagi kesempatan masih ada.
Legok Tangerang, 19 Feb 2016

Khamis, 18 Februari 2016

The Long Journey 2 - Matang Itu..
Oleh: Achmad Marzuqi

Butuh Persiapan
Namanya Alan, sisw yang baru lulus SMA setahun lalu. Ketika persiapan UN SMA nya tinggal menghitung hari, seorang cewek ingin menjadi teman dekatnya. Singkat cerita cewek itu minta dilamar setelah hampir setahun berpacaran.
Karena kendala biaya, Alan belum bisa menyanggupinya.
"Kalau abang tak segera melamar, Tini takut ada orang mendahului abang," isak Tini dari seberang telepon.
Hening. Hanya ada desiran angin dan desiran hati Alan yang tak berhembus, bimbang.
"Beri abang waktu untuk berfikir," suara Alan serius.
"Tini harap abang segera mengambil keputusan. Tini sayang abang," suara Tini terisak.
"Daa.. Assalamuallaikum."
Belum sempat Alan menjawab, sambungan telepon telah terputus. Meninggalkan seorang lelaki yang masih termenung.
Deg.
Melamar?
Pesantren aja baru dia masuki satu caturwulan lalu. Biayanya? Siapa lagi kalau bukan dari ortu.
*****
Persiapan itu Butuh Proses
"Kenapa belum nikah?"
Alan hanya tersenyum.
"Kerja sudah, uang banyak, hidup makan. Apalagi coba?" Aziz mencerca dengan beragam  pertanyaan.
"Emm...
Mang enak ya ngejomblo terus?" Irul, kawan mengajarnya yang baru lulus SMA ikut meramaikan.
"Bukan gitu Pak Irul, persiapan sudah. Malah ini sudah siap. Tapi..."
"Tapi apa?" Aziz dan Irul kompak.
"Calonnya masih belum beres kuliah, kurang dua tahun lagi," kata Alan memperjelas.
Hadeeeh. Tepok jidat deh.
Semenjak move on dari Tini setahun lalu, perjalanan cinta Alan sungguh beragam dan berliku. Niat hati ingin segera menikah namun apalah daya, ibunya lebih memilih untuk memperkenalkan dirinyaa dengan anak kenalan ibunya. Sekali ketemu, sama sama suka, hasilnya...
Dua tahun menunggu.
*****
Persiapan Sudah, Proses Usai Lalu..
"Jadi jelasnya gimana mah?" tanya Alan dari seberang telepon.
"Kamu harus menunggu." suara ibunya datar.
"Tapi Laila sebulan lagi lulus mah," Alan keberatan.
"Ya mamah tau. Tapi mamah nggak mau kamu mendahului abangmu. Dia mau masih dalam proses pencarian jodoh."
Glek.
Seperti menelan biji salak segede kepalan tangan bayi.
Harus berapa tahun lagi aku menunggu
Kenapa nggak dari dulu bilang
Apa yang akan dia bilang ke Laila

Inilah perjalanan cinta, cinta hanya sekelumit kecil dari kehidupan. Perjalanan hidup jauh lebih rumit lagi. Lebih panjang dan berliku. The Long Journey.
Ana uriid wa anta turiid wallahu yaf'alu maa yuriid
(aku berkehendak kamu juga punya kehendak. Dan Allah berbuat terhadap apa yang Dia kehendaki)
Untuk menjadi matang itu butuh persiapan
Dalam Persiapan butuh Proses
Ketika keduanya berjalan seiring dengan sendirinya akan terjadi kesiapan.
Kalau yang instan?
Hmmm,, akan tenggelam kalau boleh aku bilang. Kita tentu masih ingat tentang Duo Sabun Colek, Nurdin Kamaru, Caesar dkk yang populer dadakan. Tanpa mengesampingkan keberhasilan mereka saat ini mereka tenggelam dari dunia yang membesarkannya. Entertaiment.

Kesiapan membuahkan kematangan.
Kematangan dalam berpikir
Kematangan dalam bertindak
Kematangan dalam segala hal
Dunia kepenulisan, percintaan, rumah tangga, kepopuleran, pendidikan pun juga sama.
So, bismillah dan bersiaplah.
 Legok Tangerang, 18 Feb 2016

Mahalnya Sebuah Kenangan
Oleh: Achmad Marzuqi

"Kang, kenapa kartu KRL ini masih akang bawa?" seorang teman yang baru aku kenal bertanya.
"Gapapa," kataku singkat.
"Bayar berapa tadi dari Jatinegara ke Tangerang?" dia kembali bertanya.
"Tiga belas ribu rupiah,"
"Kalau akang kembalikan bayarnya cuma tiga ribu lho," kata dia. "Kan untung sepuluh ribu."
"Aku ini orang katrok Dul, nggak tau cara mengembalikan kartu ini," kataku beralasan.
"Tinggal dateng aja ke petugas, beres," nasehatnya.
Bodohnya aku, kenapa nggak ke petugas tadi
Urung aku teruskan mengumpat diri. Ini adalah kenangan. Kenangan yang meberiku banyak pelajaran. Uang segitu tak seberapa yang penting. Yang penting kenangan itu ada, nyata, bisa menjadi cerita.
Aku kembali menyimpan kartu kereta ini ke dalam dompet dan kembali melanjutkan aktifitasku, mempersiapkan diri dalam ajang MTQ di Kota Tangerang.
Hal yang serupa pernah aku rasakman saat menjadi ketua di sebuah kursus bahasa, Pare. Satu kesulitan yg harus aku hadapi adalah bagaimana bisa menjadikan teman teman aktif mengikuti berbagai kegiatan.
"Tolonglah kawan kawan, kita bersama berjalan mengikuti intruksi kepala yayasan. Ini demi kelas kita, demi nama baik kita. Jika hanya belajar dan belajar, kalian tidak akan mendapatkan kesan nantinya." sedikit merayu.
Saat itu pihak yayasan meminta perwakilan setiap kelas untuk mengikuti berbagai perlombaan berupa dance, live song, speech dan banyak lagi. Namun sedikit sekali yang mau andil.
Tapi apalah arti sebuah kenangan tanpa adanya pelajaran. Apalah arti dari pelajaran jika tidak untuk keabadian.
Salah satu perkara untuk menjadikan kenangan mencapai keabadian itu dengan menulis. Tapi ingat keabadian itu tidak cukup jika tidak memberikan kemanfaatan.
Khairun Naasi anfauhum lin Naasi
So, mari rajin menulis dan paatikan tulisan itu bermanfaat tidak hanya untuk diri kita tapi orang lain juga.
Tangerang, 18 Februari 2016


Selasa, 16 Februari 2016


The Long Journey 1 - Away
Oleh: Achmad Marzuqi

Sebuah perjalanan panjang aku lakukan kemarin. Perjalanan yang menguras energi, waktu dan tenaga. Perjalanan aku mulai karena ada informasi dari seorang sahabat kalau ayahnya wafat. Bismillah, aku berangkat.
Insting kepenulisan mengajakku untuk mencatat apa-apa yang aku lihat. Selagi ada ide dan selagi ide itu belum menguap. Begitu kurang lebih ilmu yang aku dapat dari beberapa mentor kepenulisan. "Sebelum ide itu diambil orang," begitu Asma Nadia bilang.
Seperti kata pepatah tak ada rotan akarpun jadi, tak bisa menulis saat menyetir motor, media twitter pun jadi solusi. Cuit cuit di twit tentang ide yang berseliweran di jalan. Just for time. Hanya sebentar-sebentar. Kalau lama-lama aku pegang hp sambil jalan, bisa bisa ntar kena tilang. Sebuah kebiasaan buruk yang masih susah aku hilangkan.  Hehe, pak polisi jangan tilang aku ya!
Awalnya hendak berangkat sendiri, tapi ibu memaksa diri untuk ikut. 
"Jauh Mak, sejam lebih," kataku.
"Katanya nggak jauh dari kota Nganjuk," ibuku menyela.
"Masih seperempat jam dari kota Nganjuk," ucapku mengira ngira.
"Nggakpapa lah," ibuku meyakinkan sambil bersiap pergi.
Tidak ada niatan untuk mencegah ibuku pergi selain rasa kasihan. Rasa kasihan melihat beliau kelelahan di perjalanan. Kelelahan pula yang membuat ibuku terbujur sakit hingga hampir seminggu. Karena ibuku menerima cattering makanan untuk acara-acara besar. Kewalahan dengan banyaknya pesanan hingga lupa akan jam istirahat.
Pukul 08.58 menjadi titik start perjalanan dari Kec. Kertosono. Saat tiba di lokasi, kec. Wilangan ternyata persis pukul 10.00. Satu jam perjalanan. Di sini fakta baru sanggup aku ungkap.
  1. Jarak kec. Wilangan  (kecamatan di Nganjuk paling barat berbatasan dengan Madiun) dengan kec. Kertosono di ujung paling timur (berbatasan dengan Jombang dan Kediri) kurang lebih 36 Km (52.759 hingga 52.795 ukuran Spido meter) Total PP sekitar 72 Km.
  2. Waktu tempuh pukul 10.40 hingga 11.30 atau 50 menit. Dengan menggunakan motor  Supra X 125cc, akurasi kecepatan motorku adalah 0,72 Km/menit.
  3. Jarak Kertosono dengan Pare (Kampung Inggris) patokan BEC adalah 26 Km (52.810 hingga 52.836) Total PP adalah 52 Km.
  4. Di hari yang sama dengan motor yang sama pula, waktu tempuh no.03 adalah 41 menit (pukul 17.25 hingga 16.10 (dipotong ngetem di Pom bensin sekitar 4 menit) Akurasi  kecepatan adalah 0.63 Km/menit.
Sebuah perjalanan yang memberiku banyak pelajaran. Butuh kesiapan dan persiapan.
Hobiku melakukan perjalanan lintas Jawa hingga menembus Sumatra membuktikan akan hal ini.  Kesiapan dan Persiapan apa?
Simak selengkapnya di Long Journey 2.

Jatinegara, 16 Februari 2016



Isnin, 15 Februari 2016

Ikhtisar Asbabun Nuzul Surat At Taubah Juz 10

Qaatiluuhum.. mu'minin (ayat 14)
Ayat ini turun berkenaan dengan Bani Khuzaah yang membunuh Bani Bakr (Mekah) (diriwayatkan oleh Abi Qtadah)(Ikrimah dengan redaksi berbeda)
Mu’minin maksudnya adalah Bani Bakr
  
 Makaana lil musyrikiina (17) hingga Aja'altum Siqaayatal haajji (19) 
- Turun berkenaan dengan Ibnu Abbas yang membanggakan diri karena telah memberi minum orang yang berhaji, memakmurkan masjidil haram saat dirinya ditawan dalam 
perang Badar (Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas)
Turun berkenaan dengan perdebatan beberape orang di dekat mimbar Rasulullah SAW sehingga memicu kemarahan Umar. Saat kejadian ini dilaporkan, turun teguran ini. (Nu’man bin Basyir)
- (Ibnu Sirin )Tentang ajakan Ali RA kepada pamannya Abbas untuk berhijrah, namun dia menolak dan memilih pekerjaan seperti yang disebut di atas. Bahkan mereke mengungkapkan jika mereka masih betah dengan saudara dan sanak famili di Mekah. Maka turun lagi ayat yang lain:
(Qul in Kaana Aabaaukum wa abnaaukum(24

(Abdur Rozaq, Ibnu Jarir) Berkata Thalhah, “Aku penjaga Kakbah dan pemegang kuncinya.” Abbas berkata, “Aku pemberi minum orang yang berhaji.” Ali KA berkata,”Aku shalat menghadap Kakbah sebelum manusia yang lain. Dan aku suka berjihad.” Maka turunlah
(19)Aja'altum Siqaayatal haajji

(Al Baihaqi dalam Kitab Dalail ) “Kita tidak akan dikalahkan, karena jumlah kita mencapai 12.000 orang,” berkata seorang perajurit saat perang Hunain. Sehingga membuat Rasulullah berat hati. Maka turunlah:
(25 )Wa yauma hunain 

(Ibnu Abbas) Saat kaum muslimin merasa 
terancam tidak mendapatkan setok makanan karena orang-orang musyrik dilarang masuk Mekah.  Maka turunlah ayat ini: 4
(28  ) Wa in Khiftum 'ailatan 

(Ibn Abbas) Salam bin Misykam dan beberapa pemuka Yahudi berkata kepada Nabi Muhammad SAW, “bagaimana kami akan mengikutimu. Sedang kamu meninggalkan qiblat kami. Dan tidak mempercayai Uzair putra Allah.” Maka Allah menurunkan ayat:
ÏMs9$s%ur) ߊqßguø9$# í÷ƒtãã ßûøó$# «!$# Ï(
(Ibn Jarir) Orang-orang kafir menjadikan setahun ada 13 bulan, mengubah Muharram menjadi Shafar dan sebaliknya. Mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram. Allah menurunkan ayat:
$yJ¯RÎ)) âäûÓŤ¨Y9$# ×oyŠ$tƒÎ Îû Ì(øÿà6ø9$#
(Mujahid) Ayat di bawah ini turun tentang keberatan orang-orang mukmin berangkat ke Tabuk karena sedang musim panen buah
$ygƒr'¯»tƒ) šúïÏ%©!$# (#qãZtB#uä $tB ö/ä3s9 #sŒÎ) Ÿ@ŠÏ% â/ä3s9 (#rãÏÿR$# Îû È@Î6y «!$# (

Sumber: Mufarridatil Quran

Nganjuk, 15 Februari 2016 

Ahad, 14 Februari 2016

Mengenang Almarhum Ayah Sahabatku
di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, Kendatipun kamu di dalam benteng yang Tinggi lagi kokoh (Qs. An Nisa: 78)

Ajal, adalah satu di antara empat perkara yang telah ditetapkan Allah sejak lahir. Bahkan jauh sebelum lahir, ketika makhluk yang disebut manusia itu masih bebentuk segumpal darah yang berumur 120 hari dalam kandungan.
Ajal menjadi perkara yang tidak dapat dimundurkan kedatangannya, tidak pula dimajukan.
Benteng yang kokoh, gedung yang tinggi, hotel yang mewah Rumah Sakit VIP atau tempat yang paling aman sekalipun tidak akan mempu menghadang kedatangan ajal, jika waktunya telah tiba. Gubuk yang reot, rumah susun, rumah minimalis juga sama. Dan itu yang telah dialami oleh ayah sahabatku, hari ini.

Popular Posts