Selasa, 23 Februari 2016

SEMAAN AL QURAN MANTAB: BUKTI FITRAH SUCI MANUSIA
By: Achmad Marzuqi

Belum sempat kaki ini menginjakkan rumah tercinta, telah tampak berkibar bendera dan umbul umbul berwarna hijau. Kondisi masih di atas sepeda motor saat aku berpapasan dengan pemuda pemuda baret hijau. Tampak ada tulisan Banser di lengan seragam dan topi mereka. Ada apa gerangan?
“Ada khataman Al Quran di Pandantoyo,” kata kakakku yang memboncengku.
“Oh ya, sekarang kan hari Selasa Pon,” kataku sepontan.
Tampak kulihat di setiap gang masuk perkampungan menuju lokasi semaan Al Quran, beberapa pasukan Banser menjaga dan menertibkan pengguna jalan. Priiit priiiit.
Sesampaiku di rumah, ibuku langsung menyambutku dengan senyuman dan uluran tangan. Kucium khidmat tangan beliau. Ingin rasanya aku memeluk sang ibu setelah seminggu lebih meninggalkannya, layaknya artis artis di sinetron, namun hal itu rasanya asing.
“Mak, banyak banget masakan hari ini,” kataku. Aku pikir memang makanan ini sengaja dibuat untuk menyambutku, namun.
“Ini buat jamaah yang sedang mengikuti Semaan Al Quran Mantab,” ibuku menjelaskan.
“Ntar, ikutan ya. Biar dapat berkah mendengarkan Al Quran,” ibuku melanjutkan.
“Hmmm, iya Mak. Tapi maghrib aja ya. Pas lagi doa,” kataku setengah bercanda.
“Ahh, kamu ini mau dapat pahala kok setengah setengah,” ibuku menimpali ucapanku.
Aku memang sudah lama tidak ikut program yang diadakan setiap Selasa Pon ini. Dan rasa penasaranku menghadirkan aku ke lokasi yang aku nilai sungguh luar biasa.
Ribuan orang berkumpul memadati jalanan yang panjangnya setengah kilo meter lebih ini. Dari bayi yang dalam gendongan, hingga kakek dan nenek yang  berjalan saja sangat pelan. Kopiah putih maupun hitam, yang berkulit gelap maupun terang semua menyatu, khusyuk menyimak lantunan Al Quran.
Jalan ini ditutup demi kelancaran acara. Karena tingkatnya tingkat kabupaten maka yang datang pun bisa dipastikan dari penjuru kabupaten. Kabupaten Nganjuk.
Subhanallah. Luar biasa.
Benarlah firman Allah yang tercantum dalam Al Quran
dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian (Qs. Al Isra: 82)
Aku hanya bagian kecil dalam lautan manusia yang pakaiannya serba pakaian koko ini. Shalat maghrib bersama, mendengarkan lantunan Al Quran bersama, makan juga bersama. Sebenarnya apa sih yang diharapkan oleh orang orang ini jika bukan bukan sebuah kebahagiaan?
Kebahagiaan yang datang dari dalam jiwa, bukan dari harta. Kalau dari harta, kenapa mereka harus jauh jauh datang kemari, nyarter mobil, mengendarai motor ataupun berjalan kaki pasti juga membutuhkan biaya. Tapi semua itu seakan dikesampingkan.
Alastu bi robbikum?
Bukankah Aku ini tuhanmu?
Ya, Engkau Tuhan kami. Kami bersaksi atas yang demikian itu.
Itulah sebuah percaakapan yang diabadikan dalam Al Quran, antara Allah sebagai Tuhan dan ruh sebagai hamba.
Hal yang senada seakan kembali terulang dalam rutinan semaan Al Quran yang dikenal dengan istilah Mantab ini.
Bukankah AL Quran ini kitabmu?
Ya, Al Quran ini kitab kami. Kami bersaksi atas yang demikian itu.
Kalau demikian, apalagi yang menghalangi kamu untuk menghadiri majelis Al Quran ini?
Nganjuk, 23 Februari 2016








0 ulasan:

Catat Ulasan

Popular Posts