Isnin, 10 Jun 2013

by : Achmad Marzuqi, S.Pd.I
Bulan Sya’ban adalah bulan yang terlupakan. Masyarakat muslim banyak yang tidak mengetahui bahwa Sya’ban termasuk bulan yang disukai oleh rasulullah SAW. Dalam hitungan tahun hijriyah, satu tahun terdiri dari dua belas bulan, sebagaimana juga tahun masihiyah. Hanya saja tahun hijriyah dihitung berdasarkan peredaran bulan, bukan berdasarkan peredaran matahari sebagaimana perhitungan tahun masihiyah. Al Quran telah menyebutkan bahwa jumlah bulan hijriyah dalam setahun ada dua belas bulan, sebagaimana dijelaskan dalam makna ayat berikut,


“Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ada dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di saat Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan yang haram. Itulah (ketapan) agama yang lurus. Maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu...”(Qs. At Taubah: 38) Dan yang dimaksud dengan empat bulan yang haram itu adalah bulan Rajab, Dzul Qa’dah, Dzul hijjah dan bulan Muharram. Bulan Sya’ban adalah bulan yang kedelapan dari bulan-bulan hijriyah yang permulaannya dimulai dari bulan Muharram. Jumlah tanggal dalam bulan Sya’ban bisa terdiri dari duapuluh sembilan hari atau bisa juga tigapuluh hari, seperti bulan-bulan hijriyah lainnya. Mimbar Jum’ah rahimakumullah, Menurut Syekh ‘Alamuddin as Syakhawi mengatakan, “Kata Sya’ban menurut bahasa berasal dari kalimat “Tasy’ubil Qabaif” artinya berpecahnya kabilah-kabilah atau berpisah-pisahnya mereka. Dan betuk jamak kata Sya’ban adalah Sya’aabin dan Sya’banaat. (Kitab Tafsir Ibnu Katsir 2/355) Bulan Sya’ban adalah bulan yang terlupakan. Masyarakat muslim banyak yang tidak mengetahui bahwa Sya’ban adalan bulan yang disukai Rasulullah SAW. Beliau banyak melakukan puasa pada bulan tersebut, bahkan dalam beberapa riwayat dijelaskan, bahwa Rasullah puasa sebulan penuh pada bulan Sya’ban sebagaimana beliau puasa pada bulan Ramadhan. Pada bulan Sya’ban, raport atau hasil karya amalan amalan kita selama setahun dilaporkan kepada Allah SWT oleh para malaikat pencatat amal, baik amal baik maupun amal buruk. Karenanya, Rasulullah SAW banyak melaksanakan puasa pada bulan tersebut. Sewaktu beliau ditanya oleh beberapa orang sahabat tentang latar belakang dari puasanya pada bulan Sya’ban, beliau menjawab, “Itu adalah bulan yang dilupakan oleh manusia, bulan antara Rajab dan Ramadhan, itu adalah bulan diangkatnya amal-amal kepada Rabbul ‘Alamiin. Maka aku ingin diangkat amalku dan aku sedang berpuasa.” (HR. Nasa’i, no.2317) Mungkin karena beberapa kemuliaan dan keistimewaan yang terdapat dalam bulan Sya’ban seperti yang tersebut di atas, sehingga ada sebagian besar masyarakat muslim memperlakukan bulan Sya’ban dengan perlakuan yang cukup istimewa. Ada yang melaksanakan shalat khusus dan ritual tertentu pada bulan ini. Ada yang melaksanakan shalat tertentu dan membaca surat tertentu dengan cara tersendiri, yang mana dengan cara tersebut diyakini bisa mendatangkan rizki, memanjangkan umur dan menolak bencana, meski amalan tersebut masih menimbulkan ikhtilaf (perbedaan pendapat) ulama’. Terlepas dari berbagai pendapat yang ada, bulan Sya’ban adalah bulan yang istimewa, ada banyak keutamaan yang Allah turunkan dalam bulan tersebut, namun kita tidak boleh mengistimewakanyya dengan cara-cara yang tidak dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Dalam hadits-hadits yang ada beliau mengajarkan kita untuk berpuasa. Nah sekarang mari sama-sama kita mempersiapkan diri untuk menyambut bulan yang mulia ini. Caranya dengan meningkatkan ibadah dan lebih memperdalam pemahaman agama yang kita miliki. Kalau sudah demikian, maka kita akan menyambut Ramadhan dengan ilmu, bukan dengan tradisi atau kebiasaan. Semoga Allah SWT meridhoi setiap amal yang kita lakukan. Amiiin.

 *) Imam masjid Jami’ AL HAFIZH Kadudampit Sukabumi

0 ulasan:

Catat Ulasan

Popular Posts