Isnin, 11 Januari 2016

Gara-gara Ketiduran
Oleh : Achmad Marzuqi

“Ini siapa ya?” Kataku sambil mengernyitkan dahi di suatu sore, “MasyaAllah pak, masak lupa ama suaraku”, Kata seorang wanita di seberang telepon. “Emm...bentar, ada perlu apa?” kataku pura-pura sok tahu. Dari suaranya mulai aku bisa mengenali, dia kawanku sewaktu mesantren di Sukabumi. “Bisa kan pak Juki?” katanya merayu, “Kapan?” tanyaku, “Besok, Minggu Wage, inget ya, pagi sehabis subuh.” Lanjutnya mengingatkan. “Oke, insyallah kalo aku gak sibuk.” Segera kawanku menyela, “Alaah sok sibuk ni pak Juki, pokoknya datang aja ya, aku tunggu.” Katanya sambil buru-buru mau menutup handphone.
Begitulah, aku pun menyanggupi ajakannya setelah melihat kalau besok hari Minggu, kursusku libur dan aku juga kebetulan merasa kesusahan dalam muroja’ah hafalan. Sebuah ajakan yang mulia? Khataman Al Qur’an.
Sedikit agak malas sih, saat esoknya hendak berangkat, tapi karena aku sudah berjanji, aku pun berangkat pukul 07.00. aku berjalan setapak demi setapak menuju Tugu Garuda untuk mencari Angkutan Umum menuju tempat yang sudah dikodekan oleh Laila, kawanku. Cukup merogoh uang Rp. 10.000,- aku udah sampai di perempatan Muneng. Sopirku namanya Sudar, dia cukup ramah, darinya aku tahu banyak hal tentang Pare dan sedikit kebiasaan anak-anak yang kursus di Pare, dia juga memberiku nomer kontak, jika seandainya aku butuh kendaraan.
jangan tidur di bus kalau sudah dekat, nanti kebabalasan lho..
Cukup lama juga aku menunggu konfirmasi dari Laila,
yang katanya mau menjemputku. Mau naik ojeg, tapi gak tau alamat yang dituju. Aku pun mencari tempat makan dan dapat nasi soto daging seharga Rp. 7.000,- milik orang Jombang, “Lama juga nich orang, gak tanggung jawab,” gerutuku saat beberapa kali SMS/telepon tapi gak ada respon.
“Allah memberi apa yang kita butuhkan, tidak memberi apa yang kita inginkan.” Mungkin itulah istilah yang tepat buatku yang sedang menunggu, karena secara bersamaan Mas Amir datang dari arah Nganjuk dan sedang berada di perempatan Muneng naik motor sendirian. Alhamdulillah!! I can join with him. Gratiss...hehehe
“ALIA Baby Shoop” adalah ancer-ancernya dan kutemukan juga di Desa Sukoanyar. Udah juz 7 ternyata guys, dan belum banyak yang datang. Aku pun larut dalam rutinan khataman ini hingga selesai, karena bersebelahan desa, aku menyempatkan diri untuk menengok adekku yang mondok di rumah Bulek, di Desa Kraton, Moh. Hasim.

“Pulang atau ke Pare?” suatu pilihan yang sulit saat aku berada di terminal Kediri, ke Pare kendaraan udah gak ada kata tukang ojeg. Pulang sudah pasti banyak bis yang lewat Bra’an. Setelah aku timbang-timbang, maka pulang jadi pilihan. Dan “gubrak” aku hanya melongo kaget saat kondektur teriak “Perak...Perak...”. aku ketiduran, jielaah... aku pun diturunkan di Bok (jembatan) miring Perak, 15km lebih dari rumahku. Kukumpulkan ingatanku setelah terbungkus mimpi dan segera kuraih HP, “Mbak, aku ketiduran, sekarang ada di tol baru Perak. Jemput ya...”
aduh, nggak mau ketiduran lagi deh,

0 ulasan:

Catat Ulasan

Popular Posts