Khamis, 10 Mac 2016

Plus Minus
Pengalaman di Terminal Kalideres

Sudah jatuh tertimpa tangga.
Satu ungkapan yang pas untuk diriku yang sedang naas. Hari ketika aku harus datang jauh-jauh dari Jawa sebagai jawaban dari undangan panitia Lomba, karena telah menyabet juara 1 Musabaqah Tafsir Indonesia. Di kota Tangerang tepatnya.
Setelah semua administrasi aku lengkapi, mengukur baju aku penuhi. Aku pun dipersilakan untuk pergi. Tanpa ada basa basi. Sekalipun hanya pertanyaan dari jam berapa datang, apa kendaraan yang digunakan atau berapa ongkos yang telah dihabiskan.
Tidak ada. Pokoknya langsung pulang.
Tapi tak apa. Ambil sisi positifnya aja.

The first experince is the best teacher
Mungkin itulah kalimat yang cocok untuk menggambarkan kondisiku saat ini. Sebuah kalimat yang aku dapat saat belajar bahasa Inggris di Pare Kediri. Dari sebuah cerita berbentuk "new concept" yang harus aku hafal seminggu dua kali.
di sinilah tempat tiket-tiket bus dijual

Pengalaman pertama adalah guru yang terbaik.
Dan ini adalah pengalaman pertama saat aku mencari-cari agen bus malam. Di terminal Kali Deres. Di sinilah awal dimulainya cerita minus (baca: mines)
Menjadi orang yang kebingungan di tengah-tengah terminal tentu bukan suatu kabar gembira, apalagi terminal itu ada di Jakarta. Tidak ke sembarang orang jika kita hanya ingin sekedar bertanya. Tujuanku hanya satu, mencari Po. Bus Rosalia Indah yang menuju arah Surabaya.

“Mas mau ke mana? Kaya orang kebingungan?” sesorang mendatangiku dari sebuah warung makan.
Sebelumnya sudah ada tiga orang yang aku tanya, mungkin aku salah orang.
 “Mmmm.. mau ke Surabaya Pak,” jawabku hati-hati.
“Wah, kebetulan sekali. Saya agen. Biasa menjual tiket untuk wilayah jauh. Wilayah antar propinsi.”
“Bapak tau agen atau Po Bus Rosalia?” tanyaku.
Ya, yang aku tau dari kawan yang ada di Tangerang, bus Rosalia menyediakan paket komplit untuk bepergian. Harganya pun masih dalam jangkauan orang yang duitnya pas-pasan.
“Jauh Mas dari sini. Mending cari bus yang lain saja. Kalau mau ada Bus Handoyo dan  Pahala Kencana,” terangnya layaknya sales berpengaalaman.
Tak berselang lama, datang kawannya. Mas Teguh namanya.
Setelah terjadi diskusi alot, akupun menyepakati biaya untuk pulang via Bus Handoyo dengan tujuan akhir Jogja. Tarifnya 170.000 rupiah.
Diajaknya aku ke kursi tunggu, sambil menunggu bus yang masih dalam perjalanan, yang katanya akan datang sekitar dua jam mendatang.
Alamakkk..

Tapi alhamdulillah aku bersyukur.
Dua jam yang aku lalui, aku manfaatkan untuk mempelajari segala kondisi.
Dua jam menunggu, aku menemukan sesuatu yang baru.
Dua jam di kursi antrian, aku belajar dari pengalaman.
Di terminal Kalideres, perihal cerita plus dan minus.

Catatan ini hanya untuk mereka yang ingin bepergian jauh. Yang tidak mendapatkan tiket kereta, dan hanya dapat bus malam saja.
1.        Jika kau masuk ke terminal Kalideres, maka masuklah lewat pintu masuk Bus. Jika lewat pintu lain segeralah ke arah pintu masuk. Karena letak Po Bus berderet di sana. Dari lintas Jawa hingga lintas pulau Sumatra. Jangan berwajah bingung.

        Plusnya akan banyak orang yang menolongmu, mengarahkanmu sampai sampai membelikan tiket untukmu.
        Minusnya kadang mereka meminta imbalan atau jika tidak mereka akan menaikkan harga melebihi harga normal yang tersedia.

2.        Jika ingin makan atau beli camilan. Mending belinya di luaran. Kenapa? Bukannya banyak penjual makanan di sana?

        Plusnya memang enak tinggal pilih karena hampir semua menu tersedia.
       Minusnya hati-hati saja dengan harga. Karena patokannya bisa setinggi bintang kejora. Teh Botol Frestea 15.000. Aqua sedang 10.000. Kacang Polong 15.000
       Padahal harga normal masing-masing kisaran 5000.
@15rb. hmmmm...

3.        Dengan prinsip 3S mulailah mengenal orang lain.

       Plusnya kita akan merasa lebih nyaman, apalagi jika dia orang-orang baik. Setidaknya ada yang dijagain.
       Minusnya, hmmm.. bisa jadi reaksi orang lain akan berbeda di saat kita mencoba untuk mengajaknya berkenalan.

4.        Aku melihat banyak orang yang berlarian, membantu mengangkutin barang bahkan rela mengantar sampai tempat pemesanan. Ini kan Plus banged ya. Budaya tolong menolong

        Sayangnya, musti ada imbalan. Saat aku kebingungan dan terkena charge sebesar 170.000 untuk ongkos ke Jogja. Ada yang janggal saat sampai di tempat pemesanan. Ternyata harga aslinya 140.000. Minus bingid.
      “Biasa Mas,  hidup di terminal harus saling memberi. Tadi aku kasih dia 20 ribu untuk yang punya warung. 20 ribu lagi buat diriku dan sisanya 140 ribu untuk ongkos normal.” Kata guide ku.



Dan masih banyak lagi. Intinya sih Hati-Hati.
Seperti kata pepatah di mana bumi dipijak disitu langit dijunjung.
Di mana saja kita berada, langit tidak akan kemana-mana. Dia tetap di atas kita.
Liat kondisi dan jangan menang sendiri.

Bus Handoyo, 10 Maret 2016


0 ulasan:

Catat Ulasan

Popular Posts