Sabtu, 13 Februari 2016

Anyway LGBT No Way!! (bag.1)

Aku dan Gay yang Menyebalkan
LGBT?? What is it?? Opo se iku?
Aku sebenarnya tipe orang yang kurang begitu peduli dengan lingkungan. Tempat tinggalku saat ini bukanlah berada di sebuah perkotaan yang selalu update akan informasi, bukan pula di perkantoran atau instansi yang meyediakan paket wi-Fi. Saat ini aku berada di kampung halaman dengan jaringan internet yang pas-pasan. Meski demikian bukan berarti aku menjadi makhluk yang ketinggalan jaman. Bukan!

sejelek2nya hewan mereka masih normal kan? #no LGBT
Lagian masih ada TV, handphone ku pun nggak jelek-jelek amat.
LGBT, sebuah istilah yang baru menurutku. Rasa kepo ku yang membuatku bertanya-tanya hingga aku temukan jawabannya, Lesbi, Gay, Biseksual dan Transgender. Yang pasti apapun istilahnya pokoknya mereka adalah kaum penyuka sesama jenis.
Bukannya wajar, punya rasa suka?
 Iya sih, cuman kalau rasa sukanya itu berlebihan hingga sampai pada batas yang dilarang, itu namanya sudah kurang ajar. Apalagi sampai minta dilegalkan keberadaan mereka. Waaa,, waaa..
Tak dilegalkan aja bikin resah apalagi sampai dilegaalkan. Naudzubillah!
Bukan hanya omong kosong, karena aku pernah merasakannya.
Saat itu aku masuk ke dalam bus umum jurusan Bandung Sukabumi, sambil berjalan aku mencoba mencari tempat duduk yang kosong hingga ada seorang lelaki dengan ramahnya mempersilakan. Lelaki berkulit putih, ganteng dan lembut ini begitu akrab. Sepintas sekilas dia agak (maaf) bencong atau banci atau... hmm, pokoknya lelaki tapi karakternya mirip banged dengan wanita.
Perkenalanpun dimulai, dari sekedar kegiatan sehari-hari hingga hal-hal yang lagi hangat jadi topik pembicaraan kala itu. Tak lupa kami bertukar no hp jika suatu waktu nanti saling ketemu. Obrolan akhirnya berhenti, mungkin karena aku merasa sudah kehabisan tema pembicaraan atau mungkin sudah lelah. Sementara jarak perjalanan Bandung Sukabumi menghabiskan waktu sekitar 3 sampai 4 jam.
Saat aku mulai terlelap tidur, sesuatu yang tak mengenakkan terjadi, awalnya aku pikir hanya mimpi tapi nyatanya tidak. Ada yang (maaf) menggerayangi pahaku. Saat aku tepis tangan itu kembali menggangguku. Akupun terbangun dan kulihat lelaki itu, pelakunya.
Kulihat sekeliling, para penumpang tampak asyik menikmati perjalanan, ada yang tidur, ada yang mendengarkan musik melalui earphone, ada yang ngobrol dan banyak lagi. Tak ada kursi kosong. Aku berharap  kondektur lewat, biar bisa kulaporkan. Sayangnya  itu sedikit mustahil. Harapanku tinggal satu, berharap lelaki yang memuakkan di sebelahku ini segera turun.
Saat dia mencoba melakukan hal yang sama terhadapku, aku hanya bisa menepisnya. Aku yang saat itu merasa lebih kecil darinya hanya bisa menepis dan menepis.
Aku patut bersyukur saat perjalanan sampai di Cianjur dia turun lebih dahulu.
Keherananku belum berakhir karena beberapa hari kemudian dia mengirim sms ke handphone ku, menelponku hingga berulang kali. Maunya apa sih dia? Heran deh
Jika sekedar sms atau telpon sih, wajar. Namun ini layaknya anak muda yang dimabuk cinta, kata-kata mesra, ajakan untuk ketemuan, bercinta dan entah banyak lagi. Dia bilang sedang bekerja di toko komputer terkenal di daerah Bandung.
Kok ada ya orang macam dia.
Andai dia cewek. Mungkin sedikit wajar. Ahh, aku tepis khayalanku.
Karena tak tahan dan mengganggu aktifitas mengajarku, aku pun men delete nomernya dan tak pernah aku respon. Saat aku mencoba berbagi cerita dengan kawan-kawan di pesantren ternyata aku menemukan fakta yang mengejutkan dan cerita yang tak kalah menariknya dan tentunya tak kalah menyebalkannya...
(bersambung)

Nganjuk, 13 Feb 2016

0 ulasan:

Catat Ulasan

Popular Posts